PORTAL NGANJUK - Dedolarisasi telah menjadi kata kunci untuk fundamental ekonomi makro yang lemah di banyak Negara ekonomi pasar berkembang (EME) selama 40 tahun terakhir.
Fenomena mata uang ini dimulai pada tahun 1970-an di Amerika Latin,di mana mata uang lokal sering direndahkan dari peran tradisional mereka oleh serangan inflasi tinggi dan hiper.
Proses substitusi Dedolarisasi mata uang seperti itu biasanya dilakukan secara bertahap, dengan mata uang domestik pertama-tama kehilangan fungsi alat tukarnya.
Baca Juga: PT. Antam Tbk Naikkan Harga Emas 1,4% Semakin Meroket Jadi Rp 1.077.000 Per Gram
Kemudian diikuti dengan hilangnya fungsi unit akun Negara mereka, terutama untuk transaksi item utama seperti real estat
Semakin banyak negara dari Brasil hingga Negara-Negara Asia Tenggara, menyerukan agar perdagangan dilakukan dalam mata uang lain selain dolar AS.
Tak hanya itu saja termasuk kekuatan ekonomi besar seperti Negara China, Brasil, dan India, mengurangi ketergantungan mereka pada Dolar.
Baru-baru ini Negara Argentina dan Tiongkok sepakat untuk meninggalkan Dolar dalam transaksi, Argentina mulai berkomitmen transaksi impor pada volumenya dari Tiongkok menggunakan mata uang Yuan dan Rusia menggunakan mata uangnya.