Upaya Penurunan Angka Perokok di Indonesia, Mari Belajar dari Pengalaman Eropa

- 27 Mei 2024, 00:54 WIB
Upaya Penurunan Angka Perokok di Indonesia, Mari Belajar dari Pengalaman Eropa
Upaya Penurunan Angka Perokok di Indonesia, Mari Belajar dari Pengalaman Eropa /Wikipedia/

Portalnganjuk.com Indonesia memiliki prevalensi perokok dewasa yang cukup tinggi, dengan sekitar 70% perokok menganggap vape sama atau lebih berbahaya daripada rokok konvensional.

Pakar kesehatan publik drg. Laifa Annisa menyarankan agar Indonesia belajar dari negara-negara Eropa dalam menangani permasalahan rokok, khususnya dengan mempertimbangkan produk alternatif tembakau sebagai instrumen untuk membantu perokok dewasa yang ingin berhenti merokok.

Belajar dari Belanda. Upaya Efektif Menangani Perokok Dewasa

Indonesia memiliki prevalensi perokok dewasa yang tinggi, dan untuk mengatasinya, kita bisa belajar dari pendekatan yang diterapkan di Belanda. Salah satu poin penting adalah dengan menyediakan klinik khusus untuk membantu perokok berhenti merokok (smoking cessation).

“Saya tahu di Belanda misalnya, mereka punya klinik untuk mengatasi kecanduan, salah satunya untuk rokok. Jadi memang ada klinik khusus smoking cessation (upaya berhenti merokok) yang terprogram. Beberapa menggunakan produk alternatif sebagai instrumen,” kata Pakar kesehatan publik drg. Laifa Annisa.

Di Belanda, pemerintahnya juga aktif dalam membantu masyarakat yang ingin berhenti merokok dan mengurangi konsumsi tembakau. Salah satu strategi yang mereka gunakan adalah dengan memanfaatkan berbagai medium, termasuk penggunaan produk alternatif tembakau sebagai instrumen.

Belajar dari Swedia. Solusi Penurunan Angka Perokok

Perdebatan tentang bahaya rokok elektrik dan produk alternatif tembakau lainnya masih terus berlangsung. Namun, dalam forum "No Smoke, Less Harm" yang diadakan di Stockholm, Swedia pada 7 Mei 2024, para ahli kesehatan internasional membahas tentang potensi produk-produk ini dalam membantu perokok dewasa yang ingin berhenti merokok.

Dr. Karl Fagerstrom, Pakar Nikotin dan Kesehatan Publik, mengemukakan Swedia sebagai salah satu contoh sukses dalam penerapan produk alternatif tembakau sebagai bagian dari kampanye berhenti merokok.

Meskipun nikotin bersifat adiktif, Dr. Fagerstrom menegaskan bahwa produk tembakau tanpa asap seperti rokok elektrik dan snus (kantong nikotin) tidak menyebabkan penyakit serius yang berhubungan dengan merokok seperti kanker paru-paru dan penyakit jantung.

“Perbedaan antara rokok dan penggunaan produk tanpa asap sangat penting. Meskipun nikotin bersifat adiktif, tetapi tidak menyebabkan penyakit serius yang berhubungan dengan merokok,” ujar dia.

Alih-alih fokus pada penghentian total nikotin, Dr. Fagerstrom menyarankan pergeseran fokus pada pengurangan bahaya bagi perokok dewasa yang tidak dapat berhenti merokok sepenuhnya. Produk alternatif tembakau dapat menjadi pilihan yang lebih aman dibandingkan rokok konvensional.

Swedia memiliki tingkat konsumsi nikotin yang tinggi, namun tingkat kanker paru-paru dan kematian akibat tembakau jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara Eropa lainnya. Hal ini dikaitkan dengan penggunaan produk tembakau tanpa asap yang lebih luas di Swedia.

Dr. Fagerstrom juga menekankan pentingnya edukasi publik tentang bahaya rokok dan manfaat potensial produk alternatif tembakau yang lebih rendah risiko. Selain itu, diperlukan regulasi yang tepat sasaran untuk industri vape dan produk tembakau lainnya untuk memastikan kualitas dan keamanan produk.

Meniru pengalaman negara-negara Eropa dalam menangani permasalahan rokok, dengan mempertimbangkan produk alternatif tembakau sebagai instrumen untuk membantu perokok dewasa yang ingin berhenti merokok, dapat menjadi solusi yang efektif untuk menurunkan angka perokok di Indonesia.

Penting untuk diingat bahwa kunci utama dalam memerangi rokok adalah dengan edukasi publik, regulasi yang tepat sasaran, dan kerjasama dari semua pihak.***

 

 

Editor: Yusuf Rafii


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah