Dahsyat Prajurit Sakti Majapahit Bertarung Melawan Wali Allah Sunan Bonang Selama 7 Hari, Siapa Pemenangnya?

5 Agustus 2022, 17:30 WIB
Dahsyat Prajurit Sakti Majapahit Bertarung Melawan Wali Allah Sunan Bonang Selama 7 Hari, Siapa Pemenangnya? /Portal Nganjuk

PORTAL NGANJUK – Berikut kisah pertarungan maha dahsyat antara prajurit sakti Majapahit melawan Wali Allah Sunan Bonang.

Peristiwa pertarungan maha dahsyat antara prajurit sakti Majapahit melawan Sunan Bonang tersebut dikisahkan terjadi selama 7 hari tiada henti.

Raden Maulana Makdum Ibrahim atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Bonang merukan putra dari Sunan Ampel Wali Allah dan Nyai Ageng Manila.

Sunan Bonang lahir pada tahun 1465 di Rembang, beliau juga merupakan salah satu tokoh dari ke Sembilan Wali atau Walisongo.

Baca Juga: DAHSYATNYA Karomah Wali Allah Gus Muwafiq Mampu Angkat Mobil TNI dengan Satu Tangan Saat Pelengseran Gus Dur

Sunan Bonang juga merupakan guru dari Raden Said atau Sunan Kalijaga.

Dikisahkan suatu ketika ada padepokan bernama Sentono yang dipimpin oleh Blacak Ngilo.

Blacak Ngilo adalah bekas Prajurit Majapahit yang Dulu melarikan diri akibat perang saudara.

Dalam buku sejarah Sunan Bonang Wali keramat dan ajaran-ajaran hidup sang waliyullah tulisan Asti musman padepokan Blacak Ngilo itu begitu termasyhur dan mempunyai banyak murid.

Blacak Ngilo mengajarkan berbagai ilmu, mulai dari kanuragan, bercocok tanam, Budi pekerti,dan spiritual. Dilansir dari Portal Majalengka dengan artikel “Kisah Prajurit Sakti Majapahit Bertarung Melawan Sunan Bonang Wali Allah Selama 7 Hari”

Baca Juga: MERINDING, RAJA PARA WALI Syekh Abdul Qodir Jaelani Tolak DIjemput Tamu dari Langit yang Membawa Buraq

Padepokan sentono ini terletak di tepi aliran Bengawan Solo yang memang strategis sangat cocok untuk perkebunan dan pertanian.

Akhirnya Daerah Sentono dan sekitarnya mengalami perkembangan yang maju pesat. bahkan Blacak Ngilo, oleh para pengikutnya diperlakukan seperti Raja.

Sayangnya lambat laun Blacak Ngilo justru berubah menjadi orang yang sewenang-wenang terhadap para pengikutnya.

Masyarakat diharuskan untuk membayar separuh lebih hasil panennya kepada Blacak Ngilo.

Tak hanya itu saja, setiap rakyatnya yang mempunyai anak perempuan yang masih perawan agar dipersembahkan untuk dijadikan selirnya

Rakyat pun mulai resah dan gelisah, kalau setiap malam bulan purnama harus disediakan darah segar manusia, untuk dijadikan tumbal, guna menambah kesan kesaktiannya.

kabar ini pun lantas terdengar ke telinga Sunan Bonang, Ia pun mengutus seorang santrinya menemui Blacak Ngilo, yang intinya mengingatkannya agar tidak lagi berbuat sewenang-wenang terhadap rakyatnya.

Baca Juga: KERAMAT WALI ALLAH: Sunan Gunung Jati Dililit Naga Saat Lailatul Qadar Lalu Mengubahnya Menjadi Keris Pusaka

Tak hanya itu saja, Sunan Bonang juga mengajak Blacak Ngilo untuk bertaubat, tidak menyembah berhala lagi dan mengajak mengikuti ajaran Islam yang lurus.

Mendengar perkataan utusan Sunan Bonang tersebut, Blacak Ngilo tersinggung. iya pun langsung menebas leher anak buah utusan Sunan Bonang, hingga tewas seketika.

Konon menurut sejarah tempat pemenggalan leher utusan Sunan Bonang ini, sampai sekarang di abadikan menjadi sebuah desa yang bernama pangulu, yaitu berasal dari kata penggal gulu atau penggal leher.

Wilayah tersebut sekarang masuk dalam Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro.

Merasa diremehkan Blacak Ngilo, kemudian mengirim surat tantangan kepada Sunan Bonang, agar datang berhadapan secara langsung, untuk mengadu kesaktian.

Sunan Bonang pun menyanggupi tantangan tersebut, tapi ia meminta beberapa persyaratan yaitu, bila Sunan Bonang kalah ya rela menjadi pengikut Blacak Ngilo, tapi bila sebaliknya, kalau Sunan Bonang menang Blacak Ngilo harus meninggalkan perbuatan buruknya dan harus masuk Islam.

Kedua belah pihak menyatuhui perjanjian itu pertempuran hebat pun dimulai. Konon pertempuran ini berlangsung lama, karena keduanya sama-sama memiliki kesaktian yang sangat hebat.

Tapi di hari ketujuh Blacak Ngilo mulai kelelahan, tapi karena kesombongannya dia tidak mau mengakui kehebatan Sunan Bonang.

Timbullah akal licik Blacak Ngilo, untuk melarikan diri dari arena pertarungan, Blacak Ngilo pun masuk ke dalam perut bumi untuk melarikan diri.

Tetapi Sunan Bonang pun tak mau kalah dan terus mengejar Blacak Ngilo ke dalam perut bumi, konon akhirnya terjadi kejar-kejaran di dalam tanah.

Konon di setiap Blacak Ngilo muncul di permukaan tanah, di belakangnya ada Sunan Bonang

Bahkan ia berlari ke daerah Tuban pun Sunan Bonang ikut muncul.

Baca Juga: KERAMAT WALI: Siti Fatimah Dapat Berkah dan Luka Psikologis Sembuh Setelah Ziarah Makam Sunan Gunung Jati

Singkat cerita karena lacak ngilu kelelahan ia pun meminta kepada Sunan Bonang untuk beristirahat.

Blacak Ngilo pun memanfaatkan waktu istirahatnya untuk bersandar di suatu tempat.

Di sinilah wilayah yang dijadikan Bersandar atau Semende. di namakan Desa Menden dari kata Senden atau Bersandar.

Singkat cerita, Blacak Ngilo pun, mengakui kekalahannya dan bersedia Untuk memeluk Agama Islam.

Serta bersedia menjadi pengikut Sunan Bonang dan mau untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Menden.

Itulah kisah sejarah mantan prajurit Majapahit yang melawan Sunan Bonang hingga kalah dan bertaubat. Semoga cerita ini bermanfaat.***(Rudi Salam/Portal Majalengka)

Editor: Christian Rangga Bagaskara

Sumber: Portal Majalengka

Tags

Terkini

Terpopuler