Network
Portalnganjuk.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menerima laporan 27 kasus kematian petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) pada Pemilu 2024.
"Sampai saat ini tercatat 27 kasus kematian yang dilaporkan," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi.
Kasus kematian petugas KPPS pada Pemilu 2024 tersebar di beberapa daerah, termasuk Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, dan DKI Jakarta.
Kasus Kematian Petugas KPPS di Berbagai Daerah
Berdasarkan data yang dihimpun hingga 17 Februari 2024, pukul 14.00 WIB, terdapat 27 kasus kematian petugas KPPS di berbagai daerah.
Sebaran kasus kematian:
Jawa Tengah: 8 kasus
Jawa Barat: 6 kasus
Jawa Timur: 5 kasus
Banten: 4 kasus
DKI Jakarta: 2 kasus
Lainnya: 2 kasus
Penyebab kematian:
Penyakit jantung: 9 kasus
Kecelakaan: 4 kasus
Infeksi syok septik: 2 kasus
Komorbid: 2 kasus
Sindrom distres pernapasan akut (ARDS): 1 kasus
Hipertensi: 1 kasus
Death on arrival (DOA): 8 kasus
Kematian petugas KPPS menjadi perhatian serius berbagai pihak. Meskipun 27 kasus kematian petugas KPPS pada Pemilu 2024 tetap merupakan hal yang memprihatinkan, jumlah tersebut menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan dengan Pemilu 2019, di mana 894 petugas meninggal dunia.
"Memang dibandingkan tahun (pemilu) lalu yang (angka kematiannya) di atas 100, (tahun) ini menurun jauh," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Penurunan ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor
Upaya pemerintah dan KPU dalam meningkatkan kesehatan dan keselamatan petugas KPPS:
Penyediaan posko kesehatan di setiap TPS
Imbauan untuk menjaga kesehatan dan stamina
Pelatihan dan edukasi tentang kesehatan
Perbaikan sistem penyelenggaraan pemilu:
Penggunaan teknologi untuk mempermudah proses pemungutan suara
Penyederhanaan alur kerja
Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan:
Masyarakat lebih proaktif dalam menjaga kesehatan diri
Akses informasi kesehatan yang lebih mudah
"Kita merasa bahwa masyarakat sudah lebih paham kalau bekerja itu jangan terlalu dipaksakan," ujar Budi Gunadi Sadikin.***
