Kisah Sultan Agung Raja Mataram Sholat Jum’at di Makkah dengan Cara Terbang

2 Desember 2022, 11:47 WIB
Siasat Sultan Agung, Ini Fakta Sejarah Malam Satu Suro Sehingga Dikeramatkan Oleh Masyarakat Jawa /Tangkapan layar Instagram/ @bayu_ario

PORTAL NGANJUK – Berikut kisah raja Mataram ke 3 yaitu Sultan Agung Hanyakrakusuma yang melaksanakan sholat Jum’at di Mekkah dengan cara terbang.

Sultan Agung Hanyakrakusuma merupakan salah satu raja muslim yang sangat fenomenal dan unik dalam keberagamaannya.

Sultan Agung Hanyakrakusuma lahir di Kotagede, Mataram pada tahun 1593 M dengan nama kecil yaitu Raden Mas Jatmika dan Raden Mas Rangsang.

Sultan Agung lahir dari orangtua Panembahan Hanyokrowati sebagai ayah dan Dyah Banawati (Ratu Mas Adi) sebagai ibu.

Baca Juga: Detective Conan, Link Nonton Streaming Anime Beserta Sinopsisnya!

Sultan Agung Hanyakrakusuma menjadi raja Mataram Islam ke 3 pada tahun 1613 M hingga 1645 Masehi.

Pada saat masa kepemimpinan Sultan Agung Hanyakrakusuma kerajaan Mataram Islam berkembang sangat pesat.

Dilansir dari buku Serat Sultan Agung Melacak Jejak Islam Nusantara karya Dr. H. Sudjak, M. Ag.

Di satu saat Sultan Agung Hanyakrakusuma dianggap sebagai seorang raja yang taat terhadap syariat islam.

Baca Juga: Link Nonton dan Streaming Drakor Berjudul Mr Queen Beserta Sinopsisnya!

Namun, pada saat yang bersamaan Sultan Agung Hanyakrakusuma dianggap sebagai sultán yang sering melanggar tata aturan syariat Islam.

Sultan Agung Hanyakrakusuma disebutkan sebagai sultán yang menjalankan sholat Jum’at secara rutin.

Hal tersebut menunjukan tingkat ketaatan Sultan Agung Hanyakrakusuma kepada syariat Islam.

Akan tetapi karena sholat jum’at yang dilakukan Sultan Agung tersebut dilakukan di Mekkah dengan cara terbang sebagian kalanganpun menilai ketaatanya ini hanya dianggap mitos belaka.

Hal tersebut hanya upaya legitimasi kemampuan keagamaan dan kemampuan magis, sekaligus kewalian Sultan Agung.

Sultan Agung Hanyakrakusuma dipotret sebagai seorang mistikus pembela syariat Islam.

Sultan Agung Hanyakrakusuma juga mengambil peran para Wali sebagai arbitrator perselisihan keagamaan dan sebagai penentu apa itu bid’ah.

Hal ini ditunjukan dengan keputusan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang menghukum Syekh Amongraga yang berusaha menyamai Syekh Siti Jenar, menolak syariat dan mendirikan pesantren tempat ia mengajarkan ilmu hakekat.

Gelar Sultan Agung Amirul Mu’minin Sayidin Panatagami mengisyaratkan kedalam penguasaan keagamaan Sultan Agung.

Baca Juga: Link Nonton Anime Jujutsu Kaisen 0 Movie 2022, Sub Indo, Full HD 105 Menit, Bukan di Anoboy Gratis Klik Disini

Dan kedudukan sebagai amir (pemimpin) kaum mu’min, serta pimpinan pengatur keagamaan umat (penatagami) yang dapat merefleksikan perilaku dan sifat para nabi.

Sultan Agung Hanyakrakusuma juga dianggap sebagai seorang Wali Allah.

Tanda-tanda kewalian Sultan Agung Hanyakrakusuma ini banyak digambarkan dengan kemampuan bisa terbang ke Mekkah dalam waktu sekejap untuk rutin mengikuti ibadah sholat Jumat.

Beberapa peneliti telah mencoba melakukan kajian terhadap keberagamaan  Sultan Agung dan didapatkan kesimpulan awal bahwa Sultan Agung dalam tasawufnya mengikuti tasawuf wujudiyah yang diajarkan lbnu Arabi.

Bedanya disini Sultan Agung menggunakan pendekatan budaya Jawa agar mudah dipahami, Ibnu Arabi menggunakan pendekatan akademik leterer.

Itulah kisah Sultan Agung Hanyakrakusuma sang raja Mataram Islam ke 3, semoga kisah ini bermanfaat.***

Editor: Christian Rangga Bagaskara

Tags

Terkini

Terpopuler