Ketika cahaya tersebut melewati daerah Banjar, tiba-tiba Syekh Maulana Maghribi mengalami penyakit gatal disekujur tubuhnya dan sulit untuk disembuhkan.
Suatu malam Syekh Maulana mendapatkan ilham seusai melaksanakan shalat Tahajjud dan bergegas menuju Gunung Gora.
Sesampainya di lereng gunung, ia menyuruh Haji Datuk untuk meninggalkannya dan menunggu di suatu tempat yang mengeluarkan asap.
Ternyata di tempat tersebut terdapat sumber mata air panas yang memiliki tujuh pancuran.
Ia pun memutuskan untuk tinggal disana dan berobat di tempat tersebut dengan mandi secara teratur di sumber mata air panas tersebut.
Tak disangka penyakit tersebut berhasil sembuh total dan akhirnya memberikan nama pada sumber tersebut dengan nama pancuran tujuh.
Penduduk sekitar menyebut Syekh Maulana Maghribi dengan sebutan “Ngatas Angin” karena datang dari negeri yang jauh.
Ia memberikan julukan kepada Haji Datuk dengan sebutan “Rusuludi” yang dalam bahasa jawa berarti Batur Kang Adi atau Abdi yang Setia.