Pajanan Rokok Bisa Sebabkan Anak Beresiko Tinggi Terkena Stunting, Apa Saja Dampaknya?

7 Juni 2023, 15:10 WIB
Ilustrasi rokok /Pixabay.com/klimkin/

PORTAL NGANJUK - Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dibakar dan/atau diisap, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya.

Bahan berbahaya dan racun dalam rokok tidak hanya mengakibatkan gangguan kesehatan pada perokok itu sendiri, namun pada orang disekitarnya yang tidak merokok.

Indonesia memiliki persentase perokok tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, rokok sangat berdampak pada kesehatan terutama pada anak.

Baca Juga: Mengenal Apa Itu ADHD: Kenali Tanda Penyakit dan Bagaimana Cara Pengobatannya

Dirjen Kesehatan Masyarakat dr. Endang Sumiwi mengungkapkan bahwa merokok dapat memperburuk kesehatan seseorang, terutama pada anak dapat berpotensi menyebabkan stunting.

Temuan dari penelitian itu adalah Balita yang tinggal dengan orang tua perokok tumbuh 1,5 kg lebih kurang dari anak-anak yang tinggal dengan orang tua bukan perokok.

Dalam penelitian tersebut juga disebutkan 5,5% Balita yang tinggal dengan orang tua perokok punya risiko lebih tinggi menjadi stunting.

Beliau menjelaskan bahwa angka stunting Indonesia masih tergolong tinggi menurut kategori WHO yaitu di atas 20%, sementara Indonesia masih 21%. 

Kalau Balita berpotensi terpapar rokok di rumahnya maka ini menjadi salah satu hambatan kita dalam menurunkan stunting,” Kata Dirjen Endang dilansir Portal Nganjuk dari Kemenkes (07/06/2023).

Dirjen Kesehatan Masyarakat berharap keluarga-keluarga Indonesia mengalihkan belanjanya dan melakukan prioritas ulang pengeluarannya bukan untuk rokok. 

Baca Juga: Tips Menjaga Kesehatan Kulit Wajah Secara Alami dan Teratur Agar Makin Glowing

Hal itu bisa dialihkan untuk beli protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak untuk tumbuh supaya tidak stunting.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Maxi Rein Rondonuwu mengungkapkan konsumsi rokok dan hasil tembakau mempunyai dampak terhadap sosial ekonomi dan Kesehatan. 

Data Survei Sosial Ekonomi Nasioanl (Susenas) 2021 menjelaskan pengeluaran keluarga untuk konsumsi rokok tiga kali lebih banyak daripada pengeluaran untuk kebutuhan protein di keluarga.

Ada tiga kelompok bayi yang dilahirkan yakni dari ibu yang tidak merokok, ibu yang jadi perokok pasif, dan ibu perokok aktif.

Hasilnya didapatkan bahwa pada plasenta bayi dengan ibu perokok aktif dan pasif itu sama-sama ditentukan nikotin. 

Kemudian dari waktu lahir pun panjang badan dan berat badan bayi jauh lebih kecil dan lebih pendek dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak merokok.



Editor: Muhafi Ali Fakhri

Sumber: Kemenkes

Terkini

Terpopuler