Ini Amalan Rasulullah SAW yang Beliau Lakukan Saat Hari Raya Idul Fitri, Cek Untuk Memaksimalkan Pahala!

- 21 April 2023, 13:45 WIB
IIni Amalan Rasulullah SAW yang Beliau Lakukan Saat Hari Raya Idul Fitri, Cek Untuk Memaksimalkan Pahala!
IIni Amalan Rasulullah SAW yang Beliau Lakukan Saat Hari Raya Idul Fitri, Cek Untuk Memaksimalkan Pahala! /Pixabay/mohamed_hassan/

PORTAL NGANJUK – Hari raya Idul Fitri adalah momen yang ditunggu seluruh Umat Muslim, karena termasuk hari kemenangan yang bisa dinikmati Umat Muslim yang telah berjuang 1 bulan penuh menunaikan ibadahnya pada bulan suci Ramadhan.

Tahukah, ternyata ajaran Islam juga mengajarkan umatnya untuk melakukan beberapa amalan ibadah saat menyambut hari kemenangan. Bukan hanya merasakan kegembiraan, namun juga melakukan hal produktif untuk menyambut Idul Fitri 1444 Hijriah.

Dikutip dari buku ”How Did the Prophet & His Companions Celebrate Eid?”. dalam kutipan buku menceritakan kisah Rasulullah saw dan umat Islam yang pertama kali melakukan perayaan hari raya Idul Fitri pada tahun kedua Hijriyah (624 M) atau saat usai Perang Badar.

Dari beberapa riwayat juga disebutkan beberapa hal yang dilakukan Rasulullah SAW untuk merayakan hari Raya Idul Fitri:

Perbanyak Takbir

Dalam riwayat hadist, Rasulullah SAW selalu mengumandangkan takbir pada malam terakhir Ramadhan hingga pagi hari satu Syawal.

Tercantum juga dalam Surat Al-Baqarah ayat 185:

: وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ

Artinya, “Dan sempurnakanlah bilangan Ramadhan, dan bertakbirlah kalian kepada Allah”. (QS. Al-Baqarah: 185).

Takbiran pun sudah banyak diikuti umat muslim saat malam sebelum Hari Raya Idul Fitri, biasanya untuk Umat Islam yang ada di beberapa wilayah Indonesia akan berkeliling kompleks rumah sambil mengumandangkan takbir.

Salah satu contoh bacaan takbir yang utama adalah:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إلَّا إيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

(Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz 3, hal. 54).

Berhias dan Memakai Pakaian Terbaik

Idul fitri merupakan waktu tepat untuk berhias dan berpenampilan sebaik mungkin untuk mengesankan rasa kebahagiaan di hari kemenangan tersebut.

Berhias disini maksudnya adalah, membersihkan badan, memotong kuku, memakai wewangian terbaik serta mengenakan pakaian terbaik, semisal baju baru.

Dari ketentuan tersebut bisa dipahami bagaimana asal-usul tradisi membeli baju baru menjelang lebaran Idul Fitri.

Baca Juga: Jangan Sampai Salah, Begini Panduan Lengkap Shalat Idul Fitri

Amalan berhias ini berlaku untuk siapapun, meski bagi umat Muslim yang berhalangan hadir untuk melaksanakan sholat Idul Fitri.

Dalam hal ini, perlu digaris bawahi untuk umat Muslim perempuan, anjuran berhias masih boleh dilakukan dengan catatan harus memperhatikan batas-batas syariat.

Seperti tidak membuka aurat, tidak menunjukkan tampilan yang mengundang syahwat laki-laki yang bukan mahramnya dengan sengaja dan lainnya. (Syekh Zakariya al-Anshari, Asna al-Mathalib, juz 1, hal. 281).

Makan Sebelum Berangkat Melaksanakan Sholat Idul Fitri

Dalam ajaran Islam, hanya satu hari umat Islam diharamkan berpuasa yaitu saat Hari Raya Idul Fitri.

Dan dalam kitab-kitab fiqih juga disebutkan, jika berniat tidak melaksanakan puasa pada saat hari Idul Fitri pahalanya sama dengan pahala orang yang sedang puasa di hari-hari yang tidak dilarang.

Semasa hidup Rasulullah SAW, sebelum melaksanakan sholat Idul Fitri, beliau biasanya memakan kurma dengan jumlah yang ganjil.

Dalam sebuah hadist juga disebutkan: "Pada waktu Idul Fitri Rasulullah SAW tidak berangkat ke tempat sholat terlebih dahulu sebelum memakan beberapa buah kurma dengan jumlah yang ganjil.” (HR. Ahmad dan Bukhari).

Sholat Idul Fitri

Rasulullah menunaikan sholat Idul Fitri dengan keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Rasulullah juga memilih rute jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang dari tempat beliau menunaikan sholat Idul Fitri.

Mendatangi Tempat Keramaian

Amalan ini muncul ketika semasa hidup Rasulullah SAW sedang menemani istrinya Aisyah.

Beliau menemani Aisyah saat akan mendatangi sebuah pertunjukan atraksi tombak dan tameng. Karena suasananya yang begitu serunya, sebagaimana hadits riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim.

Baca Juga: 7 Negara ini Rayakan Idul Fitri hari Jumat, 21 April 2023

Aisyah pun sampai memunculkan kepalanya di atas bahu Rasulullah, supaya ia bisa menyaksikan permainan itu dari atas bahu Rasulullah dengan puas.

Mengunjungi Rumah Sahabat

Tradisi silaturahmi dan berkunjung dari rumah ke rumah, ada sejak saat hari raya Idul Fitri di zaman Rasulullah SAW.

Saat hari Raya Idul Fitri tiba, Rasulullah SAW melakukan kunjungan ke beberapa rumah para sahabat. Begitu juga sebaliknya.

Dan pada kesempatan tersebut Rasulullah dan para sahabat saling melontarkan doa-doa kebaikan satu sama lain.

Memberikan ucapan Selamat (Tahniah)

Hari raya merupakan hari yang penuh dengan kegembiraan bagi Umat Islam. Karenanya, Umat Islam dianjurkan untuk saling memberikan selamat atas kebahagiaan yang diraih saat hari raya untuk sesamanya.

Tidak ada aturan baku dalam pengucapan selamat saat Hari Raya Idul Fitri. Salah satu contohnya “taqobbal allâhu minnâ wa minkum”, “kullu ‘âmin wa antum bi khair”, “selamat hari raya Idul Fitri”, “minal aidin wa al-faizin”, “mohon maaf lahir batin”, dan lain sebagainya.

Dalam riwayat Syekh Ali Syibramalisi menjelaskan bahwa tahniah juga bisa diwujudkan dalam bentuk saling bersalam-salaman.

Berkaitan dengan ihwal tahniah ini, Syekh Abdul Hamid al-Syarwani menegaskan:

ـ (خَاتِمَةٌ) قَالَ الْقَمُولِيُّ لَمْ أَرَ لِأَحَدٍ مِنْ أَصْحَابِنَا كَلَامًا فِي التَّهْنِئَةِ بِالْعِيدِ وَالْأَعْوَامِ وَالْأَشْهُرِ كَمَا يَفْعَلُهُ النَّاسُ لَكِنْ نَقَلَ الْحَافِظُ الْمُنْذِرِيُّ عَنْ الْحَافِظِ الْمَقْدِسِيَّ أَنَّهُ أَجَابَ عَنْ ذَلِكَ بِأَنَّ النَّاسَ لَمْ يَزَالُوا مُخْتَلِفِينَ فِيهِ وَاَلَّذِي أَرَاهُ مُبَاحٌ لَا سُنَّةَ فِيهِ وَلَا بِدْعَةَ

“Sebuah penutup. Al-Qamuli berkata, aku tidak melihat dari para Ashab (ulama Syafi’iyah) berkomentar tentang ucapan selamat hari raya, beberapa tahun dan bulan tertentu seperti yang dilakukan banyak orang. Tetapi al-Hafizh al-Mundziri mengutip dari al-Hafizh al Maqdisi bahwa beliau menjawab masalah tersebut bahwa orang-orang senantiasa berbeda pendapat di dalamnya. Pendapatku, hal tersebut hukumnya mubah, tidak sunnah, tidak bid’ah.”

وَأَجَابَ الشِّهَابُ ابْنُ حَجَرٍ بَعْدَ اطِّلَاعِهِ عَلَى ذَلِكَ بِأَنَّهَا مَشْرُوعَةٌ وَاحْتَجَّ لَهُ بِأَنَّ الْبَيْهَقِيَّ عَقَدَ لِذَلِكَ بَابًا فَقَالَ بَابُ مَا رُوِيَ فِي قَوْلِ النَّاسِ بَعْضِهِمْ لِبَعْضٍ فِي الْعِيدِ تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ وَسَاقَ مَا ذَكَرَهُ مِنْ أَخْبَارٍ وَآثَارٍ ضَعِيفَةٍ لَكِنَّ مَجْمُوعَهَا يُحْتَجُّ بِهِ فِي مِثْلِ ذَلِكَ

“Al-Syihab Ibnu Hajar setelah menelaah hal tersebut menjawab bahwa tahniah disyariatkan. Beliau berargumen bahwa al-Baihaqi membuat bab tersendiri tentang tahniah, beliau berkata; bab riwayat tentang ucapan manusia satu kepada lainnya saat hari raya; semoga Allah menerima kami dan kalian;. Ibnu Hajar menyebutkan statemen al-Baihaqi tentang hadits-hadits dan ucapan para sahabat yang lemah (riwayatnya), akan tetapi rangkain dalil-dalil tersebut bisa dibuat argumen dalam urusan sejenis tahniah ini”.

Itulah beberapa amalan yang disunnahkan saat hari raya Idul Fitri. Semoga di hari yang fitri, kita kembali bersih dari segala dosa dan segala penyakit hati. Aamiin.***

Editor: Muhafi Ali Fakhri

Sumber: Kemenag


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah