Tata Cara Melakukan Persembahyangan Umat Hindu, Baik Dengan Trisandya Maupun Panca Sembah

8 Desember 2021, 10:16 WIB
Tata Cara Melakukan Persembahyangan Umat Hindu, Baik Dengan Trisandya Maupun Panca Sembah /Arnolduspt/Pixabay

PORTAL NGANJUK – Pada umumnya, sebelum melakukan persembahyangan “baik dengan puja Trisandya maupun Panca Sembah” didahului dengan penyucian badan dan sarana persembahyangan. Urutannya sebagai berikut:

 Baca Juga: Amanda Manopo Beri Kabar Akan Berhenti dari Syuting Sinetron Ikatan Cinta: Goodbye BKT

  1. Duduk dengan tenang. Lakukan pranayama dan setelah suasananya tenang ucapkan mantram ini:

Om prasada sthiti sarira siwa suci nirmalàya namah swàha

Artinya: Ya Tuhan, dalam wujud Hyang Siwa hambaMu duduk tenang, suci dan tiada noda.

 Baca Juga: China ‘Marahi’ Indonesia karena Rencana Pengeboran Laut Natuna Utara, Susi Pudjiastuti: Kedaulatan Milik NKRI!

  1. Kalau tersedia air bersihkan tangan pakai air. Bila tidak ada, gunakan bunga dan gosokkan pada kedua tangan. Lalu telapak tangan kanan ditengadahkan diatas tangan kiri dan ucapkan mantram:

Om suddha màm swàha

Artinya: Ya Tuhan, bersihkanlah tangan hamba (bisa juga pengertianya

untuk membersihkan tangan kanan).

Lalu tangan dibalik. Kini tangan kiri ditengadahkan diatas tangan kanan dan ucapkan mantram:

Om ati suddha màm swàha

Artinya: Ya Tuhan, lebih dibersihkan lagi tangan hamba (bisa juga

pengertianya untuk membersihkan tangan kiri).

 

  1. Kalau tersedia air (maksudnya air dari rumah, bukan tirta), lebih baik berkumur sambil megucapkan mantram didalam hati:

Om Ang waktra parisuddmàm swàha

Atau lebih pendek:

Om waktra suddhaya namah

Artinya: Ya Tuhan, sucikanlah mulut hamba.

 

  1. Jika tersedia dupa, penganglah dupa yang sudah dinyalahkan itu dengan sikap amusti, yakni tangan dicakupkan, kedua ibu jari menjepit pangkal dupa yang ditekan oleh telunjuk tangan kanan, dan ucapkan mantram:

Om Ang dupa dipàstraya nama swàha

Artinya: Ya Tuhan/Brahma, tajamkanlah nyala dupa hamba sehingga

sucilah sudah hamba seperti sinarMu.

 

  1. Setelah itu lakukan pujaTrisandya. Jika memuja sendirian dan tidak hafal seluruh puja yang banyaknya enam bait itu, ucapkanlah mantram yang pertama saja (Mantram Gayatri) tetapi diulang sebanyak tiga kali.

Mantram dibawah ini memakai ejaan sebenarnya, “v” dibaca mendekati “w”. garis miring diatas huruf, dibaca lebih panjang. Permulaan mantram Om di ucapkan sekali saja (jangan tiga kali sebagaimana kebiasaan terdahulu).

 

MantraM trisandhyà

Om bhùr bhvah svah

tat savitur varenyam

bhargo devasya dhimahi

dhiyo yo nah pracodayàt

Om Nàràyana evedam sarvam

yad bhùtam yac ca bhavyam

niskalanko nirañjano nirvikalpo

niràkhyàtah suddha deva eko

Nàràyano na dvitìyo `sti kascit

Om tvam sivah tvam mahàdevah

isvarah paramesvarah

brahmà visnusca rudrasca

purusah parikìrtitah

Om pàpo ham pàpakarmàham

Pàpàtmà pàpasambhavah

Tràhi màm pundarìkàksa

Sabàhyàbhyàntarah sucih

Om ksamasva màm mahàdeva

Sarvapràni hitankara

màm moca sarva pàpebyah

pàlayasva sadà siva

Om ksàntavyah kàyiko dosah

ksàntavyo vàciko mama

ksàntavyo mànaso dosah

tat pramàdàt ksamasva màm

Om sàntìh, sàntìh, sàntìh, Om

 

Terjemahannya:

 

Tuhan adalah bhùr svah. Kita memusatkan pikiran pada

kecemerlangan dan kemuliaan Hyang Widhi, semoga Ia berikan

semangat pikiran kita.

 

Ya Tuhan, Naràyàna adalah semua ini apa yang telah ada dan apa

yang akan ada, bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari

perubahan yang tak dapat digambarkan, sucilah dewa Nàràyana, Ia

hanya satu tidak ada yang kedua.

Ya Tuhan, Engkau dipanggil Siwa, Mahàdewa, Iswara,

Parameswara, Brahmà, Wisnu, Rudha dan Purusa.

 

Ya Tuhan, hamba ini papa, perbuatan hamba papa, diri hamba ini

papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba Hyang Widhi,

sucikanlah jiwa dan raga hamba.

Ya Tuhan, ampunilah hamba Hyang Widhi, yang memberikan

keselamatan kepada semua makhluk, bebaskanlah hamba dari segala

dosa, lindungilah hamba oh Hyang Widhi.

 

Ya Tuhan, ampunilah dosa anggota badan, ampunilah dosa hamba,

ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelahiran hamba.

Ya Tuhan, semoga damai, damai, damai selamanya.

 

Setelah selesai memuja Trisandya dilanjutkan dengan Panca Sembah. Kalau tidak melakukan persembahyangan Trisandya (mungkin tadi sudah dirumah) dan langsung memuja dengan Panca Sembah, maka setelah membaca mantram untuk dupa langsung saja menyucikan bunga atau kawangen itu diangkat di hadapan dada dan ucapkan mantram ini:

 

Om puspa dantà ya namah swàha

Artinya: Ya Tuhan, semoga bunga ini cemerlang dan suci.

Kramaning Sembah (Panca Sembah)

 

  1. Dengan tangan kosong (sembah puyung), ucapkan mantram ini:

Om àtmà tattwàtmà suddha màm swàha

Artinya: Ya Tuhan, atma atau jiwa dan kebenaran, bersihkanlah hamba.

 

  1. Sembahyang dengan bunga, ditujukan kepada Hyang Widhi dalam

wujudNya sebagai Hyang Surya atau Siwa Raditya, ucapkan mantram ini:

Om Adityasyà param jyoti

rakta tejo namo `stute

sweta pankaja madhyastha

bhàskaràya namo `stute

Artinya: Ya Tuhan, Sinar Hyang Widhi Surya yang maha Hebat. Engkau bersinar merah, hamba memuja Engkau. Hyang Surya yang berstana di tengah-tengah teratai putih. Hamba memuja Engkau yang menciptakan sinar matahari berkilauan.

 

  1. Sembahyang dengan kawangen. Bila tidak ada, yang dipakai adalah bunga. Sembahyang ditunjukkan kepada Istadewata pada hari dan tempat sembahyang itu. Istadewata ini adalah Dewata yang diinginkan kehadiraNya pada waktu memuja. Istadewata adalah perwujudan Tuhan yang Maha Esa dalam berbagai wujudNya. Jadi mantramnya bisa bebeda-beda tergantung dimana dan kapan bersembahyang. Mantram di bawah ini adalah mantram umum yang biasanya dipakai saat Purnama atau Tilem atau di pura Kahyangan Jagat:

Om nama dewa adhisthanàya

Sarwa wyapi wai siwàya

Padmàsana eka pratisthàya

Ardhanareswaryai namo namah

Artinya: Ya Tuhan, kepada dewata yang bersemayam pada tempat yang

luhur, kepada Hyang Siwa yang berada di mana-mana, kepada dewata

yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai di suatu tempat,

kepada Ardhanaresvari hamba memuja.

 

  1. Sembahyang dengan bunga atau kawangen untuk memohon waranugraha. Usai mengcapkan mantram, ada yang memperlakukan bunga itu langsung sebagai waranugraha, jadi tidak

“dilentikkan/dipersembahkan” tetapi dibungakan di kepala (wanita) atau diatas kuping kanan (laki-laki). Mantramnya:

 

Om anugraha manoharam

dewa dattà nugrahaka

arcanam sarwà pùjanam

namah sarwà nugrahaka

Dewa-dewi mahàsiddhi

yajñanya nirmalàtmaka

laksmi siddhisca dirghàyuh

nirwighna sukra wrddisca

Artinya: Ya Tuhan, Engkau yang menarik hati pemberi anugerah,

anugerah pemberian Dewata, pujaan segala pujaan, hamba memujaMu

sebagai pemberi segala anugrah. Kemahasiddhian para Dewa dan Dewi

berwujud yadnya suci. Kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur,

bebas dari rintangan, kegembiraan dan kemajuan rohani dan jasmani.

 

  1. Sembahyang dengan cakupan tangan kosong, persis seperti yang pertama. Usai mengucapkan mantram, tangan berangsur-angsur diturunkan sambil melemaskan badan dan pikiran. Mantramnya:

 

Om Dewa suksma paramà cintyàya nama swàha

Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om

Artinya: Ya Tuhan, hamba memuja Engkau Dewata yang tidak

terpikirkan, maha tinggi dan maha gaib. Ya Tuhan, anugerahkan kepada

hamba kedamaian, damai, damai, Ya Tuhan.***

Editor: Yusuf Rafii

Tags

Terkini

Terpopuler