Kiat Membangun Kemampuan Literasi dan Numerasi Anak Menurut Galih Sulistyaningra

15 Juni 2024, 16:46 WIB
Kiat Membangun Kemampuan Literasi dan Numerasi Anak Menurut Galih Sulistyaningra /Karawangpost/Foto/Pixabay-StockSnap

Portalnganjuk.com Galih Sulistyaningra, seorang praktisi pendidikan, membagikan beberapa tips untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi anak bagi para guru dan orang tua di Indonesia.

“Literasi dan numerasi tidak hanya menjadi tanggung jawab guru Bahasa Indonesia dan Matematika, tapi semua guru, termasuk orang tua dan pemangku kebijakan,” kata Galih

Hasil Asesmen Nasional (AN) 2023 yang dirilis oleh Kemendikbudristek, terdapat persentase yang cukup signifikan dari siswa SD/sederajat yang belum mencapai kemampuan minimum dalam literasi dan numerasi.

  • Literasi: 39% siswa SD/sederajat belum memiliki kemampuan minimum dalam literasi.
  • Numerasi: 54% siswa SD/sederajat belum memiliki kemampuan minimum dalam numerasi.

Hal ini tentu menjadi perhatian bersama, mengingat literasi dan numerasi merupakan kemampuan dasar yang sangat penting bagi anak-anak untuk melanjutkan pendidikan dan menghadapi kehidupan di masa depan.

Lebih mengkhawatirkan lagi, literasi dan numerasi bukan hanya sebatas kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Kemampuan ini mencakup pemahaman yang lebih luas, seperti:

  • Literasi: Kemampuan untuk memahami dan menggunakan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.
  • Numerasi: Kemampuan menggunakan prinsip matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.

Kedua kemampuan ini menjadi fondasi penting bagi anak-anak untuk dapat belajar dan memahami berbagai konsep di sekolah.

Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi anak-anak Indonesia, menurut Wanita yang meraih gelar Master di bidang Educational Planning dari University College London (UCL), Galih Sulistyaningra.

Tips untuk Membangun Kemampuan Literasi

Orang tua perlu memupuk kemampuan literasi anak sejak dini melalui 'kesadaran cetak'. Membangun kemampuan literasi anak sejak dini merupakan langkah penting untuk menyiapkan mereka menjadi pembelajar yang sukses di masa depan. Salah satu cara efektif untuk mencapainya adalah dengan menumbuhkan 'kesadaran cetak' pada anak.

Apa itu Kesadaran Cetak?

Kesadaran cetak mengacu pada pemahaman anak bahwa tulisan memiliki makna dan terhubung dengan dunia di sekitar mereka. Anak yang memiliki kesadaran cetak dapat:

  • Mengenali dan membedakan simbol-simbol cetak (huruf, angka, dan tanda baca)
  • Memahami bahwa simbol-simbol tersebut mewakili suara dan kata-kata
  • Mengikuti arah yang tertulis
  • Menikmati membaca buku dan cerita

“Ada yang namanya ‘kesadaran cetak’, sebenarnya bisa mulai dari simbol atau gambar. Tipsnya, memulai dengan membaca gambar. Walaupun ada tulisannya, tapi membaca gambar. Kita bisa mulai dari gambar, untuk buku anak usia dini gambar lebih besar dan perlu bercerita,” ungkap Galih Sulistyaningra..

Membangun kemampuan literasi dan numerasi pada anak usia dini merupakan hal yang penting. Salah satu cara efektif untuk mencapainya adalah dengan menggunakan benda konkret. Contoh Aktivitas dengan Benda Konkret:

  • Menghitung Benda: Berikan anak-anak beberapa benda dan minta mereka untuk menghitungnya. Gunakan benda yang berbeda-beda untuk membuat kegiatan lebih menarik.
  • Menyortir Benda: Minta anak-anak untuk menyortir benda berdasarkan warna, bentuk, atau ukuran. Aktivitas ini dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan klasifikasi dan pengenalan pola.
  • Membuat Pola: Gunakan benda-benda untuk membuat pola dengan anak-anak. Aktivitas ini dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan matematika dan spasial.
  • Bermain Toko: Buatlah toko mainan dengan anak-anak dan gunakan benda-benda sebagai uang. Aktivitas ini dapat membantu mereka belajar tentang nilai uang dan cara menghitung.
  • Memasak: Libatkan anak-anak dalam kegiatan memasak dan minta mereka untuk membantu mengukur bahan-bahan. Aktivitas ini dapat membantu mereka belajar tentang pengukuran dan konsep matematika lainnya.

Ajarkan numerasi dengan teknik 'one to one correspondence'. Hindari hanya mengajarkan simbol angka, tetapi gunakan benda konkret untuk membantu anak memahami konsep jumlah.

“Jangan hanya mengajarkan simbol angka. Kita harus ajarkan dengan benda konkret. ‘Satu’ itu satu benda, ‘dua’ itu dua benda. Sehingga anak terbiasa, jika angka semakin besar, maka jumlah semakin banyak,” kata Galih Sulistyaningra.

Peran Penting Orang Tua dan Guru

Orang tua dan guru harus bekerja sama untuk menunjang kemampuan literasi dan numerasi anak. Orang tua dan guru memiliki perspektif yang berbeda dalam melihat perkembangan anak. Orang tua mengamati anak di lingkungan rumah, sedangkan guru mengamati anak di lingkungan sekolah.

Dengan saling berbagi informasi dan pengalaman, orang tua dan guru dapat mendapatkan pemahaman yang lebih menyeluruh tentang kemampuan dan kebutuhan anak. Hal ini memungkinkan mereka untuk merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan individu anak.

Orang tua dapat membiasakan anak membaca buku cerita dan mendongeng. Membiasakan anak membaca buku cerita dan mendongeng merupakan salah satu cara terbaik untuk membangun kemampuan literasi dan menumbuhkan kecintaan anak pada buku sejak dini.

Guru dapat memanfaatkan Pojok Baca di sekolah dan menyediakan berbagai buku fisik dan digital yang menarik bagi anak untuk meningkatkan minat baca dan kemampuan literasi mereka.

Saran Kegiatan, bisa adakan kegiatan membaca di Pojok Baca secara rutin, seperti sesi mendongeng, diskusi buku, atau klub buku. Ajak anak-anak untuk menulis cerita atau puisi mereka sendiri dan pamerkan karya mereka di Pojok Baca. Atau bisa, undang penulis atau ilustrator buku untuk berkunjung ke Pojok Baca dan berinteraksi dengan anak-anak.

Kemendikbudristek menyediakan berbagai buku digital gratis di platform Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI) yang dapat diakses oleh murid dan guru.

Membangun kemampuan literasi dan numerasi anak membutuhkan usaha dari berbagai pihak, termasuk orang tua, guru, dan pemangku kebijakan. Dengan menerapkan tips-tips di atas, diharapkan anak-anak Indonesia dapat memiliki kemampuan literasi dan numerasi yang lebih baik.***

 

Editor: Yusuf Rafii

Terkini

Terpopuler