PORTAL NGANJUK – Pada umumnya, sebelum melakukan persembahyangan “baik dengan puja Trisandya maupun Panca Sembah” didahului dengan penyucian badan dan sarana persembahyangan. Urutannya sebagai berikut:
Baca Juga: Amanda Manopo Beri Kabar Akan Berhenti dari Syuting Sinetron Ikatan Cinta: Goodbye BKT
- Duduk dengan tenang. Lakukan pranayama dan setelah suasananya tenang ucapkan mantram ini:
Om prasada sthiti sarira siwa suci nirmalàya namah swàha
Artinya: Ya Tuhan, dalam wujud Hyang Siwa hambaMu duduk tenang, suci dan tiada noda.
- Kalau tersedia air bersihkan tangan pakai air. Bila tidak ada, gunakan bunga dan gosokkan pada kedua tangan. Lalu telapak tangan kanan ditengadahkan diatas tangan kiri dan ucapkan mantram:
Om suddha màm swàha
Artinya: Ya Tuhan, bersihkanlah tangan hamba (bisa juga pengertianya
untuk membersihkan tangan kanan).
Lalu tangan dibalik. Kini tangan kiri ditengadahkan diatas tangan kanan dan ucapkan mantram:
Om ati suddha màm swàha
Artinya: Ya Tuhan, lebih dibersihkan lagi tangan hamba (bisa juga
pengertianya untuk membersihkan tangan kiri).
- Kalau tersedia air (maksudnya air dari rumah, bukan tirta), lebih baik berkumur sambil megucapkan mantram didalam hati:
Om Ang waktra parisuddmàm swàha
Atau lebih pendek:
Om waktra suddhaya namah
Artinya: Ya Tuhan, sucikanlah mulut hamba.
- Jika tersedia dupa, penganglah dupa yang sudah dinyalahkan itu dengan sikap amusti, yakni tangan dicakupkan, kedua ibu jari menjepit pangkal dupa yang ditekan oleh telunjuk tangan kanan, dan ucapkan mantram:
Om Ang dupa dipàstraya nama swàha
Artinya: Ya Tuhan/Brahma, tajamkanlah nyala dupa hamba sehingga
sucilah sudah hamba seperti sinarMu.
- Setelah itu lakukan pujaTrisandya. Jika memuja sendirian dan tidak hafal seluruh puja yang banyaknya enam bait itu, ucapkanlah mantram yang pertama saja (Mantram Gayatri) tetapi diulang sebanyak tiga kali.
Mantram dibawah ini memakai ejaan sebenarnya, “v” dibaca mendekati “w”. garis miring diatas huruf, dibaca lebih panjang. Permulaan mantram Om di ucapkan sekali saja (jangan tiga kali sebagaimana kebiasaan terdahulu).
MantraM trisandhyà
Om bhùr bhvah svah
tat savitur varenyam
bhargo devasya dhimahi
dhiyo yo nah pracodayàt
Om Nàràyana evedam sarvam
yad bhùtam yac ca bhavyam
niskalanko nirañjano nirvikalpo
niràkhyàtah suddha deva eko
Nàràyano na dvitìyo `sti kascit
Om tvam sivah tvam mahàdevah
isvarah paramesvarah
brahmà visnusca rudrasca
purusah parikìrtitah
Om pàpo ham pàpakarmàham
Pàpàtmà pàpasambhavah
Tràhi màm pundarìkàksa
Sabàhyàbhyàntarah sucih
Om ksamasva màm mahàdeva
Sarvapràni hitankara
màm moca sarva pàpebyah
pàlayasva sadà siva
Om ksàntavyah kàyiko dosah
ksàntavyo vàciko mama
ksàntavyo mànaso dosah
tat pramàdàt ksamasva màm
Om sàntìh, sàntìh, sàntìh, Om
Terjemahannya:
Tuhan adalah bhùr svah. Kita memusatkan pikiran pada
kecemerlangan dan kemuliaan Hyang Widhi, semoga Ia berikan
semangat pikiran kita.
Ya Tuhan, Naràyàna adalah semua ini apa yang telah ada dan apa
yang akan ada, bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari
perubahan yang tak dapat digambarkan, sucilah dewa Nàràyana, Ia
hanya satu tidak ada yang kedua.
Ya Tuhan, Engkau dipanggil Siwa, Mahàdewa, Iswara,
Parameswara, Brahmà, Wisnu, Rudha dan Purusa.
Ya Tuhan, hamba ini papa, perbuatan hamba papa, diri hamba ini
papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba Hyang Widhi,
sucikanlah jiwa dan raga hamba.
Ya Tuhan, ampunilah hamba Hyang Widhi, yang memberikan
keselamatan kepada semua makhluk, bebaskanlah hamba dari segala
dosa, lindungilah hamba oh Hyang Widhi.
Ya Tuhan, ampunilah dosa anggota badan, ampunilah dosa hamba,
ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelahiran hamba.
Ya Tuhan, semoga damai, damai, damai selamanya.
Setelah selesai memuja Trisandya dilanjutkan dengan Panca Sembah. Kalau tidak melakukan persembahyangan Trisandya (mungkin tadi sudah dirumah) dan langsung memuja dengan Panca Sembah, maka setelah membaca mantram untuk dupa langsung saja menyucikan bunga atau kawangen itu diangkat di hadapan dada dan ucapkan mantram ini:
Om puspa dantà ya namah swàha
Artinya: Ya Tuhan, semoga bunga ini cemerlang dan suci.
Kramaning Sembah (Panca Sembah)
- Dengan tangan kosong (sembah puyung), ucapkan mantram ini:
Om àtmà tattwàtmà suddha màm swàha
Artinya: Ya Tuhan, atma atau jiwa dan kebenaran, bersihkanlah hamba.
- Sembahyang dengan bunga, ditujukan kepada Hyang Widhi dalam
wujudNya sebagai Hyang Surya atau Siwa Raditya, ucapkan mantram ini:
Om Adityasyà param jyoti
rakta tejo namo `stute
sweta pankaja madhyastha
bhàskaràya namo `stute
Artinya: Ya Tuhan, Sinar Hyang Widhi Surya yang maha Hebat. Engkau bersinar merah, hamba memuja Engkau. Hyang Surya yang berstana di tengah-tengah teratai putih. Hamba memuja Engkau yang menciptakan sinar matahari berkilauan.
- Sembahyang dengan kawangen. Bila tidak ada, yang dipakai adalah bunga. Sembahyang ditunjukkan kepada Istadewata pada hari dan tempat sembahyang itu. Istadewata ini adalah Dewata yang diinginkan kehadiraNya pada waktu memuja. Istadewata adalah perwujudan Tuhan yang Maha Esa dalam berbagai wujudNya. Jadi mantramnya bisa bebeda-beda tergantung dimana dan kapan bersembahyang. Mantram di bawah ini adalah mantram umum yang biasanya dipakai saat Purnama atau Tilem atau di pura Kahyangan Jagat:
Om nama dewa adhisthanàya
Sarwa wyapi wai siwàya
Padmàsana eka pratisthàya
Ardhanareswaryai namo namah
Artinya: Ya Tuhan, kepada dewata yang bersemayam pada tempat yang
luhur, kepada Hyang Siwa yang berada di mana-mana, kepada dewata
yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai di suatu tempat,
kepada Ardhanaresvari hamba memuja.
- Sembahyang dengan bunga atau kawangen untuk memohon waranugraha. Usai mengcapkan mantram, ada yang memperlakukan bunga itu langsung sebagai waranugraha, jadi tidak
“dilentikkan/dipersembahkan” tetapi dibungakan di kepala (wanita) atau diatas kuping kanan (laki-laki). Mantramnya:
Om anugraha manoharam
dewa dattà nugrahaka
arcanam sarwà pùjanam
namah sarwà nugrahaka
Dewa-dewi mahàsiddhi
yajñanya nirmalàtmaka
laksmi siddhisca dirghàyuh
nirwighna sukra wrddisca
Artinya: Ya Tuhan, Engkau yang menarik hati pemberi anugerah,
anugerah pemberian Dewata, pujaan segala pujaan, hamba memujaMu
sebagai pemberi segala anugrah. Kemahasiddhian para Dewa dan Dewi
berwujud yadnya suci. Kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur,
bebas dari rintangan, kegembiraan dan kemajuan rohani dan jasmani.
- Sembahyang dengan cakupan tangan kosong, persis seperti yang pertama. Usai mengucapkan mantram, tangan berangsur-angsur diturunkan sambil melemaskan badan dan pikiran. Mantramnya:
Om Dewa suksma paramà cintyàya nama swàha
Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om
Artinya: Ya Tuhan, hamba memuja Engkau Dewata yang tidak
terpikirkan, maha tinggi dan maha gaib. Ya Tuhan, anugerahkan kepada
hamba kedamaian, damai, damai, Ya Tuhan.***