Tamim serta istri makan dengan pemberian orang lain.
Jika tidak ada yang memberi mereka berdua makan, ia dan istrinya tidak pernah meminta makan pada siapapun.
Tamim menguatkan diri dengan rasa menahan lapar.
Kata kakek itu, juga dianggap saja sebagai berpuasa.
Setiap hari, Tamim terlihat mencuci kotoran istrinya karena tidak mampu membeli popok dewasa.
Tamim juga tak mau berhutang karena berpikir pasti tidak akan terbayar.
Dia mau menjual rumahnya hanya untuk membayar utang.
Tamim pun hanya berharap rumahnya yang mendapat bantuan.