"Tidak masalah harga mahal asal barangnya ada, karena konsumen akan menyesuaikan diri, semisal lebih berhemat. Lebih bermasalah kalau barangnya tidak ada," ujar Poltak.
Baca Juga: Mobile Legends ML akan Dihapus dari PlayStore Pada 5 Juni 2022? Begini Penjelasannya
Ia juga mengharapkan adanya substitusi bahan pokok yang mungkin bisa diperoleh di dalam negeri.
Selain itu masyarakat juga harus lebih cermat dalam mengatur kebutuhan dalam kondisi saat ini.
Sementara itu, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Edy Priyono memastikan fundamental perekonomian Indonesia cukup kuat seiring dengan keberhasilan dalam pengendalian COVID-19.
Ia juga mengakui adanya ketidakpastian perekonomian global, tetapi kondisi Indonesia saat ini masih tangguh terhadap adanya berbagai tekanan eksternal tersebut.
Keyakinan itu terlihat dari ekonomi Indonesia yang pada triwulan I-2022 tercatat tumbuh 5,01 persen (yoy), serta menurunnya tingkat pengangguran terbuka dari 6,22 persen pada Februari 2021 menjadi 5,83 persen pada Februari 2022.
Menurut Edy, pemerintah terus berusaha mengerek pertumbuhan ekonomi dengan melakukan berbagai akselerasi dan memperluas vaksinasi.
Baca Juga: Baru Jokowi Dan Soekarno yang Berani, Warga Ende NTT: Haru, Bangga dan Jadi Sejarah Baru
Selain itu juga membuka kembali sektor-sektor potensial dan menyalurkan bantuan sosial untuk menjaga daya beli masyarakat.