Bukankah Pisang Itu Ditempel di Sana untuk Dimakan? Mahasiswa Korea Selatan Memakan Karya Maurizio Cattelan

2 Mei 2023, 20:05 WIB
Bukankah Pisang Itu Ditempel di Sana untuk Dimakan? Mahasiswa Korea Selatan Memakan Karya Maurizio Cattelan /REUTERS/Eva Marie Uzcategui/

PORTAL NGANJUK – Salah satu Instalasi seni terkenal dari seniman Itali Maurizio Cattelan berupa pisang yang ditempelkan dengan selotip ke dinding, tengah mencuri perhatian penikmat seni di berbagai mancanegara.

Namun bagi salah satu pengunjung, Noh Hyunsoo, yang juga mahasiswa dari Universitas Nasional Seoul Korea Selatan, pisang tersebut hanyalah kudapan untuk nya di kala itu.

Pada Kamis lalu, dibantu oleh salah satu rekan sesama mahasiswa, Noh Hyunsoo memberanikan diri melakukan aksinya, dan rekannya merekam aksi tersebut. Noh Hyunsoo melepas selotip yang ada pada pisang di dinding Museum Seni Leeum, mengupas, dan memakannya di depan penonton yang tertegun.

Baca Juga: ZEROSE Resmi jadi Nama Fanclub ZEROBASEONE, Kim Ji Woong: Kami dan Para Penggemar Adalah Satu

Kulit pisang yang tersisa pun kemudian ia kembalikan dan ditempelkan kembali ke dinding menggunakan lakban yang sama sebelumnya.

Saat Noh Hyunsoo ditanya oleh salah satu pengelola museum, Noh Hyunsoo mengaku sedang lapar karena belum sarapan. Dalam siaran berita Korea Broadcasting System (KBS), pemuda tersebut sempat mengatakan jika merusak karya seni modern juga merupakan seni itu sendiri.

Setelah ditelusuri, ternyata ide dari menempelkan kembali kulit pisang yang buahnya telah di makan ke dinding kembali, merupakan sebuah lelucon saja darinya.

“Saya pikir hal tersebut akan menarik. Bukankah pisang itu ditempel di sana untuk dimakan?” kata Noh Hyunsoo, yang dikutip dari TheGuardian.com.

Dalam Instalasi karya seni tersebut diberi nama sebagai “Comedian” yang merupakan bagian dari pameran Cattelan bertajuk “We”. diketahui juga pisang dalam museum tersebut akan diganti tiap dua atau tiga hari sekali oleh pihak pengelola museum.

Maurizio Cattelan adalah pemahat patung dan artis pertunjukan yang berbasis di New York. Saat sang seniman diberi kabar mengenai insiden tersebut, ia tidak terlalu mempermasalahkannya tindakan iseng dari Noh Hyunsoo.

Karena itu bukan kali pertama karya tersebut dicemooh. Pada debut pertamanya di Miami Art Basel 2019, karya tersebut juga sempat dimakan oleh seniman David Datuna.

Saat insiden dengan Datuna, ia mengaku walaupun secara ide seni Cattelan jenius menampilkan karya tersebut. Namun ia mempermasalahkan mengenai besarnya uang yang dihasilkan dari pisang seharga 20 sen.

Dalam edisi pertama dan kedua telah dipajang di Miami Art Basel, dan diketahui masing-masing telah terjual dengan harga 120.000 USD dan 150.000 USD sebelum Datuna melancarkan aksinya.

“Saya telah bepergian ke 67 negara di seluruh dunia dalam 3 tahun terakhir dan melihat bagaimana orang-orang di sana hidup. Jutaan orang mati tanpa makan. Lalu dia menempel 3 pisang di dinding seharga setengah juta dolar?” ungkap Datuna menjelaskan alasan tindakannya.

Baca Juga: Update Insiden Penembakan di Kantor MUI, Mulai dari Kronologis, Korban, bahkan Pelaku!

Kembali pada insiden baru-baru ini, Museum Seni Leeum menyatakan tidak akan melayangkan tuntutan terhadap aksi yang dilakukan oleh Noh Hyunsoo.

“Hal itu terjadi secara tiba-tiba, jadi tidak ada tindakan khusus yang diambil. Artis diberitahu mengenai kejadian tersebut tetapi dia tidak bereaksi,” ungkap juru bicara museum.

Dalam siaran KBS, Noh Hyunsoo juga mengatakan jika ia melihat karya Cattelan merupakan simbol pemberontakan terhadap otoritas tertentu. Sehingga menurut Noh Hyunsoo, ulah yang ia lakukan merupakan bentuk dari pemberontakan terhadap pemberontakan.

Cattelan diketahui lahir di Padua, Italia yang memang terkenal dengan karya seni provokatif dan menantang budaya populer. Diketahui juga, selain karyanya pisang dilakban, ia juga menciptakan salah satu karya seni toilet 18 karat yang ia beri nama “America”.

Karya “America” tersebut diketahui bernilai sekitar 1 juta USD, dan menjadi topik utama September 2019 lalu. Karena telah berhasil dirampok saat dipajang di Museum Blenheim Palace, Oxford.***

Editor: Muhafi Ali Fakhri

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler