WHO: 413 Korban Tewas Selama Pertempuran di Sudan, Korban Jiwa Diprediksi Bertambah

- 25 April 2023, 16:15 WIB
WHO: 413 Korban Tewas Selama Pertempuran di Sudan, Korban Jiwa Diprediksi Bertambah
WHO: 413 Korban Tewas Selama Pertempuran di Sudan, Korban Jiwa Diprediksi Bertambah /Spanish Defence Ministry Handout/Handout via REUTERS

PORTAL NGANJUK – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengabarkan jika terdapat 413 korban tewas selama pertempuran militer di Sudan.

Menurut pemaparan data dari pemerintahan Sudan, sudah sebanyak 413 korban jiwa meninggal dan 3.551 orang terluka. Kata Juru Bicara WHO Margaret Harris dalam pers Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Selain itu, badan anak-anak PBB (UNICEF) juga mengatakan sedikitnya sudah ada 9 anak yang dilaporkan meninggal dunia dalam pertempuran di Sudan, dan sudah lebih dari 50 anak yang mengalami luka parah.

Baca Juga: BMKG: Masyarakat Indonesia Dihimbau Untuk Tetap Waspada Setelah Gempa Berkekuatan 7,3 SR

Margaret Harris juga mengungkapkan bahwa telah terjadi 11 serangan terhadap fasilitas kesehatan, termasuk juga 10 serangan sejak 15 April 2023 lalu.

“Menurut Kementerian Kesehatan di Sudan, jumlah fasilitas kesehatan yang berhenti beroperasi sebanyak 20. dan masih menurut angka Kementerian Kesehatan, jumlah fasilitas kesehatan yang beresiko berhenti adalah 12,” lanjutan Margaret Harris menjelaskan.

Situasi ini, ungkapnya, tidak hanya akan berdampak pada korban pertempuran, melainkan juga orang-orang lain yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

Pada konferensi pers yang sama, Juru Bicara UNICEF James Elder juga menyuarakan tentang keprihatinannya mengenai anak-anak yang harus membayar mahal tentang pertempuran mematikan tersebut, dengan melihat banyaknya korban jatuh termasuk anak-anak.

“Kami sekarang mendapatkan laporan sedikitnya sembilan anak tewas dan sedikitnya 50 terluka. Jumlah itu akan terus meningkat selama pertempuran berlanjut,” ungkapnya sedih.

Tidak ada Akses Listrik di Sudan

Terdapat kabar tersiar melalui James Elder, bahwa banyak orang yang ada di Sudan terjebak dan tidak memiliki akses listrik sama sekali.

“Mereka takut kehabisan makanan, air, obat-obatan. Salah satu keprihatinan serius kamu adalah tentang rumah-rumah sakit yang diserang,” katanya.

Penjelasan lebih lanjut, bahwa sebelum terjadinya konflik militer terbaru, Sudan sudah menjadi salah satu negara dengan tingkat kasus malnutrisi pada anak tertinggi di dunia.

“Dan kami sekarang menghadapi situasi dimana dukungan penyelamat hidup kritis bagi sekitar 50.000 anak terancam,” jelasnya.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Bakal Capres 2024, Banjir Spanduk Ucapan Dukungan di Bandung

Pertempuran tersebut juga berdampak terhadap ‘Rantai dingin’ di Sudan, termasuk juga mengenai pengadaan vaksinasi dan insulin yang senilai lebih dari 40 juta dolar AS (597,4 miliar rupiah).

Dampak dari terputusnya pasokan listrik dan ketidakmampuan untuk mengisi kembali generator dengan bahan bakar yang mengakibatkan pembengkakan dana pengadaan vaksin dan insulin.

UNICEF telah mendapatkan laporan mengenai anak-anak yang berlindung di sekolah dan pusat perawatan sementara pertempuran sedang berkecamuk, dan rumah sakit anak-anak terpaksa dievakuasi pada saat baku tembak terjadi.

Elder juga mengatakan, jika sebelum meningkatnya kekerasan di Sudan, kebutuhan kemanusiaan untuk anak-anak di negara tersebut tinggi, dengan tiga perempat anak sudah diperkirakan akan hidup dalam kemiskinan yang cukup ekstrim.

Di situasi yang sama, sebanyak 11,5 juta anak dan anggota masyarakat sedang membutuhkan layanan air bersih dan sanitasi darurat, terdata 7 juta anak putus sekolah, dan lebih dari 600.000 anak telah menderita gizi buruk akut yang parah.

Diketahui jika, pertempuran di Sudan meletus pada 15 April antara tentara Sudan (SAF) dengan paramiliter pasukan dukungan cepat (RSF) di Ibu Kota Khartoum dan sekitarnya.

Sudan merupakan negara yang  tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi sejak Oktober 2021 lalu, ketika militer membubarkan pemerintahan transisi Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan telah menyatakan keadaan darurat dalam suatu langkah oleh kekuatan politik, yang biasa disebut sebagai Kudeta.***

Editor: Muhafi Ali Fakhri

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah