Konflik di Jalur Gaza: Israel Terisolasi oleh Dunia, Popularitas Hamas Meroket

- 28 Desember 2023, 16:23 WIB
Pasukan Zionis kian terjepit di Gaza! Mujahidin Al Qassam Hamas mulai menurunkan senjata berat
Pasukan Zionis kian terjepit di Gaza! Mujahidin Al Qassam Hamas mulai menurunkan senjata berat /Tangkapan layar video Brigade Izzuddin Al Qassam Hamas

Portalnganjuk.com – Serangan inisiatif kelompok Hamas, dengan melakukan penyerbuan secara mendadak di kota-kota Israel sehingga membuat kurang lebih 1.200 orang tewas serta menyandera 240 orang pada 7 Oktober lalu, akibatnya membuat Israel melakukan pengeboman secara membabi buta di Jalur Gaza.

Imbas dari pengeboman tanpa pandang bulu yang dilakukan Militer Israel, lebih dari 20.000 warga sipil Palestina tewas, di mana sekitar 70 persen dari korban yang tewas merupakan kaum perempuan dan anak-anak.

Dapat diartikan jika, setelah dua bulan bombardemen di Gaza, Israel telah menewaskan warga sipil di Gaza seperti jumlah korban saat Israel melakukan invasi ke Lebanon pada 1982.

Jumlah tersebut diperkirakan akan semakin bertambah lebih besar karena diketahui masih ada korban yang tertimbun di reruntuhan bangunan.

Dengan jumlah korban tewas di Gaza yang sudah sedemikian besar dan kemungkinan akan bertambah, Hamas masih tetap berhasil melakukan perlawanan terhadap kekejaman pasukan Militer Israel.

Sementara itu, Israel masih percaya diri akan bisa melumat Hamas sepenuhnya. Dengan kepercayaan diri yang besar tersebut, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada 14 Desember 2023 mengatakan bahwa pemusnahan Hamas akan membutuhkan waktu beberapa bulan.

Israel sepertinya mengalami 'Amnesia' bahwa dunia internasional saat ini sedang memantau, bagaimana peristiwa pengeboman terus-menerus negara Zionis tersebut sudah sangat menyengsarakan warga Gaza.

Menuai apa yang ditanam, Hal tersebut pun akhirnya membuat Israel semakin terisolasi dalam konteks diplomasi global. Indikasi dari hal ini dapat dilihat diantaranya melalui resolusi dari Majelis Umum PBB pada 12 Desember 2023 yang menyerukan gencatan senjata.

Walaupun resolusi Majelis Umum PBB tersebut tidak bersifat mengikat jika dibandingkan dengan resolusi dari Dewan Keamanan PBB, namun resolusi tersebut memiliki bobot politik yang kuat di kalangan Dunia.

Yang lebih mengharukan, dari 193 negara yang merupakan bagian dari Majelis Umum PBB, sebanyak 153 negara bersatu dan mendukung resolusi gencatan senjata, serta hanya 10 yang menentang dan 23 abstain.

Jumlah negara di PBB yang mendukung gencatan senjata tersebut semakin meningkat, hingga kini. Jika hal tersebut dibandingkan dengan resolusi serupa di PBB pada Oktober lalu, dengan hasil 121 suara mendukung, 14 menolak, dan 44 abstain.

Yang lebih mengejutkan lagi, sejumlah pemimpin yang biasanya menjadi sekutu setia Israel, seperti Kanada, Australia, dan Selandia Baru, memberikan pernyataan bersama, bahwa mereka dengan tegas menyerukan adanya gencatan senjata.

Kawan-kawan lama Israel tersebut berbalik, dan menyatakan bahwa upaya mengalahkan Hamas selayaknya tidak menjadi penderitaan terus-menerus bagi warga sipil Palestina.

Militer Israel juga semakin terpojok karena upaya yang mereka lakukan selama ini tidak kunjung bisa menghancurkan Hamas dengan mudah, sehingga secara putus asa mulai mengeluarkan sejumlah taktik, diantaranya menyebarkan selebaran di Jalur Gaza yang menawarkan hadiah uang, jika memberikan informasi yang dapat mengarah kepada penangkapan para pemimpin Hamas.

Dalam selebaran tersebut tertera, jika pihak militer Israel menyeru kepada warga untuk menyediakan informasi mengenai Yahya Sinwar, selaku pemimpin Hamas di Gaza, sekaligus saudaranya, Muhammed Sinwar, yang merupakan seorang pemimpin militer terkemuka pada sayap bersenjata Hamas, Brigade Al-Qassam.

Tidak hanya berhenti disitu, militer Israel juga sedang mencari informasi mengenai Mohammed Deif, komandan jenderal Brigade Al-Qassam, sekaligus Rafaa Salameh, yang memimpin Batalyon Khan Younis.

Dalam selebaran yang dibagikan Israel, jika diterjemahkan tertulis bahwa "Bagi mereka yang menyediakan informasi akan menerima hadiah uang: untuk Yahya Sinwar sebesar 400 ribu dolar AS (Rp6,1 miliar), Muhammed Sinwar sebesar 300 ribu dolar AS (Rp4,6 miliar), Rafaa Salameh 200 ribu dolar AS (Rp3,1 miliar) dan Mohammed Deif 100 ribu dolar (Rp1,5 miliar)."

Tidak lupa, Militer Israel juga menuliskan informasi kontak dan nama akun Telegram yang bisa dihubungi informan pada selebaran tersebut.

Namun tidak sesuai ekspetasi Israel, meski telah menggunakan taktik tersebut, hingga kini para pejuang Hamas masih tetap melakukan perlawanan dengan teguh dan bahkan hingga dapat merusak berbagai tank canggih milik Militer Israel yang digunakan dalam menginvasi Gaza.***

 

Editor: Yusuf Rafii


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah