Suatu ketika terdengar kabar, ada laki-laki yang ingin melamar Fatimah ia adalah Abu Bakar As-Shiddiq, sahabat dekat sekaligus pendamping setia Nabi.
Mendengar berita ini, Ali tersentak jiwanya, muncul perasaan yang ia sendiri tak mengerti.
Ali merasa diuji, dalam benaknya terpikir siapalah dirinya jika dibanding dengan Abu Bakar.
Dalam segi finansial Abu Bakar adalah seorang saudagar, tentu akan lebih membahagiakan Fatimah, sementara saya? Hanya pemuda miskin dan dari keluarga miskin.
Begitulah barangkali yang ada dalam benak Ali.
Namun kenyataan justeru berbeda, kabar gembira datang, saat Ali mengetahui lamaran Abu Bakar ditolak oleh Rasulullah SAW.
Semangat Ali tak surut, ia merasa masih punya kesempatan disaat ia mengumpulkan modal untuk melamar Fatimah, putri kesayangan Rasulullah.
Setelah Abu Bakar ditolak, datanglah laki-laki lain yang ingin melamar Fatimah.
Dia adalah Umar Bin Khattab, sahabat ke dua terbaik Rasulullah, lelaki pemberani dan gagah perkasa yang diberi gelar Al-Faruq, pemisah antara kebenaran dan kebatilan.