Tunjangan Uang untuk Anak Muda di Negeri Gingseng Setara Rp7,4 Juta, Berminat Tinggal di Korea Selatan?

18 April 2023, 16:20 WIB
Tunjangan Uang untuk Anak Muda di Negeri Gingseng Setara Rp7,4 Juta, Berminat Tinggal di Korea Selatan? /Pexels.com / Markus Winkler/

PORTAL NGANJUK – Pemerintah Korea Selatan, telah mengumumkan kebijakan yang cukup unik diberikan untuk warganya. Karena fenomena sebagian besar anak muda di Korea Selatan tersebut sedang gencar malas gerak (Mager) untuk keluar rumah.

Para pemerintah memberikan tunjangan untuk para anak muda di Korea Selatan. Mereka siap membakar dana Negara bagi anak muda yang mau keluar rumah.

Pemerintah Korea Selatan menawarkan tunjangan tersebut untuk hidup bulanan sebesar 650.000 sama dengan Rp 7.400.000, bagi anak muda yang ‘tertutup’, supaya mau keluar rumahnya.

Langkah baru tersebut sudah disahkan oleh Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga. Selain tunjangan bulanan,mereka juga akan mendapat dukungan pemerintah berupa dukungan pendidikan, pekerjaan, dan kesehatan.

Kondisi tersebut dikenal di Negeri Gingseng (Korea Selatan) sebagai “Hikikomori” dalam istilah jepang yang berarti “Mundur”. Pemerintah Korea Selatan hendak mencoba untuk mempermudah warga Korsel yang mengalaminya untuk keluar rumah, dengan pergi ke sekolah, universitas, hingga bekerja.

Tunjangan yang diberikan pemerintahan Korea Selatan tersebut, untuk menunjang biaya hidup bagi warga berusia antara 9 hingga 24 tahun yang sedang mengalami penarikan sosial yang ekstrim.

Menurut Institusi Kesehatan dan Sosial Korea Selatan, perkiraan sebanyak 350.000 orang yang berusia antara 19 tahun hingga 39 tahun di Korea Selatan dianggap kesepian atau sedang melakukan isolasi diri.

Hal tersebut sama dengan sekitar 3% dari kelompok usianya yang sedang mengalami permasalahan pengisolasian diri.

Pemuda-pemuda Korea Selatan yang terisolasi, kebanyakan berasal dari latar belakang kurang beruntung, dan sekitar 40% memulai hidupnya dengan terisolasi dari usia remaja.

Data diatas tersampaikan melalui dokumen-dokumen pemerintahan yang telah menguraikan langkah-langkah tersebut.

Dalam dokumen tersebut mencakup studi kasus dengan menggambarkan anak muda yang memilih menjadi penyendiri, hal tersebut dilakukan untuk mengatasi permasalahan kemunduran yang mereka rasakan dari kehidupan keluarga mereka.

Beberapa pemuda-pemudi menggambarkan depresi mereka sebagai akibat dari kejadian kekerasan rumah tangga, yang dilakukan orangtua atau pasangan mereka.

“Ketika saya berusia 15 tahun, kekerasan dalam rumah tangga membuat saya sangat tertekan sehingga saya mulai hidup dalam pengasingan. Orang lesu yang tidur hampir sepanjang waktu atau tidak punya pilihan selain makan saat lapar dan kembali tidur.” kata salah satu narasumber warga Korea Selatan.

Selain itu, beberapa pemuda memilih untuk mengisolasi diri ketika keluarga mereka mengalami “Kebangkrutan”.

“Langkah-langkah baru yang dibuat pemerintah Korea Selatan pun bertujuan untuk memperkuat dukungan pemerintah untuk memulihkan kehidupan sehari-hari mereka dan berintegrasi kembali ke masyarakat,” ungkap pemerintah dalam pernyataannya.

Beberapa jenis dukungan yang diberikan pemerintah Korea Selatan diantaranya, ada dana koreksi penampilan fisik orang yang terkena dampak, termasuk untuk bekas luka ‘yang memungkinkan para remaja merasa malu’ juga membantu perlengkapan sekolah serta peralatan olahraga.

Korea Selatan juga memiliki tingkat pengangguran yang relatif tinggi untuk para anak muda, sekitar 7,2 %. pemerintah tengah berusaha mengatasi angka kelahiran yang cenderung mengalami penurunan yang sangat cepat, dan sedang mengancam produktivitas Korea Selatan.

“Kebijakan ini pada dasarnya adalah ukuran kesejahteraan,” ungkap profesor ilmu politik di Universitas Myongji di Seoul Korea Selatan Shin Yul.

“Meskipun baik untuk mencoba berbagai pendekatan untuk meningkatkan populasi usia kerja, itu tidak dapat dilihat sebagai solusi jangka panjang untuk memperbaiki masalah populasi di sini,” lanjutnya.

Presiden Yoon Suk-yeol menyatakan jika angka kelahiran sebagai “agenda nasional yang penting” pada Maret 2023. dan tahun ini, Korea Selatan telah menjadi satu-satunya negara Asia di dunia dengan tingkat kesuburan dibawah nilai satu, yang memiliki rata-rata wanita sekitar 0,78 anak.

Berbagai alasan di balik para wanita enggan memiliki anak, salah satunya merupakan masalah ekonomi, tingginya biaya membesarkan seorang anak, perlambatan ekonomi, prospek kerja yang cenderung terbatas, dan meningkatnya biaya rumah tempat tinggal.***

Sumber artikel, melalui laman pikiranrakyat.com dengan judul artikel: “Anak Muda di Korea Selatan Mager Akut, Pemerintah Beri Rp7,4 Juta Agar Mau Keluar Rumah

Editor: Muhafi Ali Fakhri

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler