"Jokowi digambarkan oleh the economist saat ini sedang berjuang memperpanjang masa jabatannya," kata Arief.
"Dan dalam pengamatan the economist, Jokowi itu tengah menghadapi resiko politik dan ekonomi yang disebut media asing sebagai resiko kembar atau Twin Risk," ucapnya menambahkan.
Dirinya kemudian membeberkan dua jenis risiko politik yang disebutkan oleh media The Economist.
"Resiko politik berasal dari kalangan internal partai pendukungnya yang menolak amandemen konstitusi, memungkinkan dia untuk memperpanjang masa jabatannya," ungkapnya.
Sedangkan risiko ekonomi berasal dari polemik mengenai minyak goreng dan kenaikan berbagai harga komoditi.
"Sementara risiko ekonomi adalah krisis berupa kelangkaan minyak goreng, kenaikan berbagai komoditi, termasuk gedung yang dipicu oleh perang antara Rusia dengan Ukraina," ucap Arief.
Arief pun menyoroti bagaimana The Economist memberikan peringatan terhadap Jokowi.
Dalam artikelnya, media asing tersebut mengingatkan bahwa Jokowi dapat terancam dijatuhkan oleh rakyat yang memilihnya.
"Bila tidak hati-hati mengelolanya, the economist memperingatkan Jokowi yang naik ke tampuk kekuasaan atas dukungan dari masyarakat di kelompok populis maka ia juga bisa dijatuhkan karena kemarahan rakyat yang dulu mendukungnya," ujar Hersubeno Arief, sebagaimana dikutip PORTAL NGANJUK dari Pikiran-Rakyat.com melalui kanal YouTube Hersubeno Point pada Minggu, 27 Maret 2022.***