Jokowi Larang Ekspor Minyak Goreng, Indonesia Bisa Tidak Dipercaya Lagi Oleh Pasar Global

- 26 April 2022, 13:53 WIB
Jokowi Larang Ekspor Minyak Goreng, Indonesia Bisa Tidak Dipercaya Lagi Oleh Pasar Global
Jokowi Larang Ekspor Minyak Goreng, Indonesia Bisa Tidak Dipercaya Lagi Oleh Pasar Global /Antara/Rivan Awal Lingga/ANTARA FOTO

PORTAL NGANJUK – Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta mengatakan larangan ekspor Crude Palm Oil (CPO) dan minyak goreng akan mempengaruhi kinerja perdagangan internasional Indonesia.

Kebijakan tersebut akan berdampak mendistorsi pasar global.

Dapat menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga serta berdampak pada hubungan Indonesia dengan mitra dagangnya.

Baca Juga: Menurut Ahli, Mencabut Uban Ternyata Memiliki Resiko Fatal, Kenali Sebelum Terlambat

“Kebijakan ini berpotensi menyebabkan kelangkaan pasokan CPO di pasar internasional dan menyebabkan kenaikan harga.

Kondisi seperti ini akan menambah berbagai faktor yang menghambat upaya pemulihan ekonomi global.

Terlebih setelah invasi Rusia ke Ukraina dan krisis pangan yang menimpa banyak komoditas terutama minyak sayur,” ujar Felippa pada Rabu 26 April 2022.

Kebijakan ini, lanjutnya berpotensi memicu retaliasi atau pembalasan dari mitra dagang dan mempengaruhi kestabilan harga komoditas kelapa sawit pada pasar internasional.

Felippa melanjutkan sangat penting bagi pemerintah untuk memastikan komitmennya pada kontrak-kontrak yang sedang berjalan.

Jika banyak komitmen ekspor  tidak terpenuhi, maka Indonesia bisa terlihat seperti mitra dagang yang tidak bisa diandalkan.

Baca Juga: Media Asing Ungkap Banyak Negara Lain Menderita Usai Jokowi Larang Ekspor Minyak Goreng

Menurut dia, Indonesia seharusnya dapat membuktikan komitmennya untuk menjaga secara terus-menerus berjalannya kerja sama tersebut.

Kebijakan ini juga disebut Felippa tidak peka terhadap petani, karena banyak petani yang menggantungkan hidup mereka kepada harga CPO.

Produksi CPO atau minyak kelapa sawit, kata dia, mengalami penurunan sejak tahun 2019.

Pada tahun 2021 produksi CPO turun lebih lanjut sebesar 0,9 persen menjadi 46,89 juta ton.

Produksi minyak sawit Indonesia untuk semester pertama tahun 2022 kemungkinan belum mengalami peningkatan karena kesulitan pupuk dan perubahan cuaca.

Felippa menyarankan pemerintah untuk melakukan evaluasi kebijakan, untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang ada.

 Baca Juga: Jokowi Larang Ekspor CPO, Malaysia Siap Ambil Alih Peluang Emas Pasar Minyak Sawit Dunia

Selain itu, lanjut dia, pemerintah juga perlu menyelesaikan permasalahan produktivitas kelapa sawit yang terus menurun.

Terlebih karena moratorium perkebunan sawit masih dijalankan. Petani perlu memaksimalkan lahan yang ada dengan meningkatkan produktivitasnya.

Selain itu pemerintah juga perlu memastikan petani kelapa sawit, terutama petani mandiri, dapat mengakses input pertanian berkualitas dengan mudah dan tepat sasaran.***

Editor: Muhafi Ali Fakhri

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah