Network
PORTAL NGANJUK – Kabupaten Nganjuk merupakan salah satu kota tertua di Jawa Timur. Menurut catatan sejarah, Nganjuk sudah ada sejak abad ke-9. Hal tersebut yang menunjukkan bahwa Nganjuk memiliki sejarah yang sangat panjang.
Selama perjalanan sejarahnya yang panjang, Nganjuk telah mengalami berbagai peristiwa penting. Nganjuk pernah menjadi pusat pemerintahan pada masa Kerajaan Mataram Kuno dan Kerajaan Majapahit. Nganjuk juga merupakan salah satu pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam di Jawa Timur.
Keberagaman sejarah dan budaya inilah yang menjadi dasar dari berbagai julukan yang disematkan kepada Kabupaten Nganjuk. Julukan-julukan tersebut mencerminkan karakteristik dan keunikan dari kabupaten ini.
Berikut adalah Lima julukan Kabupaten Nganjuk beserta fakta uniknya:
1. Kota Angin
Kota Angin adalah salah satu julukan yang disematkan kepada Kabupaten Nganjuk. Julukan ini diberikan karena Kabupaten Nganjuk memiliki frekuensi angin yang tinggi dan kencang, terutama saat pergantian musim hujan ke musim kemarau.
Angin kencang di Nganjuk disebabkan oleh kondisi geografisnya yang unik. Kabupaten Nganjuk diapit oleh dua gunung besar, yaitu Gunung Wilis dan Gunung Arjuno. Kedua gunung ini membentuk lembah yang memanjang dari barat ke timur. Angin yang bertiup dari arah barat akan terhambat oleh Gunung Wilis dan kemudian bertiup kencang di lembah tersebut.
Angin kencang di Kabupaten Nganjuk sering terjadi pada pagi, siang, dan malam hari. Angin kencang ini dapat menimbulkan berbagai dampak, seperti pohon tumbang, kerusakan bangunan, dan gangguan transportasi. Namun, angin kencang ini juga dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan kincir angin. Kincir angin ini digunakan untuk mengolah air dan menghasilkan listrik.
2. Bumi Anjuk Ladang
Julukan "Bumi Anjuk Ladang" diberikan karena Kabupaten Nganjuk dahulunya dikenal dengan nama Anjuk Ladang. Anjuk Ladang dalam bahasa Jawa Kuno berarti "Tanah Kemenangan".
Julukan ini diberikan karena Kabupaten Nganjuk memiliki sejarah yang panjang dan pernah menjadi pusat pemerintahan pada masa Kerajaan Mataram Kuno dan Kerajaan Majapahit.
