Pesawat Garuda Indonesia Rute Jakarta–Yogyakarta Tergelincir di Bandara, 22 Orang Tewas pada 7 Maret 2007

7 Maret 2022, 12:41 WIB
Peristiwa pesawat Garuda Indonesia dengan rute penerbangan Jakarta-Yogyakarta tergelicir di Bandara Adi Sutjipto pada tanggal 7 Maret. /Foto: dok BUMN/

PORTAL NGANJUK – Peristiwa pesawat Garuda Indonesia dengan rute penerbangan Jakarta-Yogyakarta tergelicir di Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta, saat hendak mendarat.

Setelah tergelincir hingga luar bandara, pesawat Garuda Indonesia itu pun langsung terbakar.

Diketahui, pesawat Garuda Indonesia yang tergelincir itu dengan nomor penerbangan GA-200.

Baca Juga: Konsumsi 10 Buah Ini untuk Menjaga Kadar Gula Darah Tetap Seimbang, Nomor 9 Sering Ditemui

Peristiwa itu menewaskan eks rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dr Kusnadi Hardjosumantri.

Selain menewaskan eks rektor UGM, peristiwa pesawat Garuda Indonesia tergelincir juga itu menewaskan 21 orang lainnya.

Sebanyak 22 orang yang tewas terdiri dari 21 penumpang dan 1 awak kabin. Total, pesawat nahas itu mengangkut 133 penumpang.

Baca Juga: 9 Kode Promo Gojek Maret 2022 Terbaru, Klaim Diskon 99 Persen GoFood, GoCar dan GoRide

Beberapa tokoh lainnya juga menjadi korban luka dalam kecelakaan yang terjadi pada 7 Maret 2007 silam itu di antaranya, Ketua Umum PP Muhammadiyah ke-14, Din Syamsuddin (luka ringan).

Kemudian Komisioner Ombudsman Adrianus Meliala ‎(luka) serta beberapa warga negara asing yang merupakan rombongan jurnalis untuk meliput kegiatan Menteri Luar Negeri (Menlu) Australia, Alexander Downer.

Akibat peristiwa itu, pilot Kapten Marwoto Komar divonis bersalah dan‎ dipenjara selama dua tahun.

Selain pesawat Garuda Indonesia rute Jakarta-Yogyakarta yang tergelincir, tanggal 7 Maret juga mencatatkan sejumlah peristiwa penting lainnya.

Banyak deretan peristiwa penting terjadi di tanggal itu, dari tahun ke tahun.

Di berbagai belahan dunia, sejumlah peristiwa terjadi dan menjadi catatan sejarah penting bagi perjalanan hidup manusia.

Di antaranya yaitu peristiwa meninggalnya Aristoteles, hingga MPRS mencabut mandat dari Presiden pertama RI Soekarno.

Berikut sejumlah peristiwa penting di tanggal 7 Maret, sebagaimana dilansir Portal Nganjuk dari Galamedia News dalam artikel “Pesawat Garuda Indonesia Jakarta-Yogyakarta Tergelincir di Bandara, Tewaskan Eks Rektor UGM, Peristiwa 7 Maret”.

322

7 Maret merupakan tanggal wafatnya filsuf Yunani Aristoteles. Dia adalah murid dari Plato dan guru dari Alexander Agung.

Ia menulis tentang berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi.

Bersama dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat.

Pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya.

Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas pada abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135–1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126–1198).

Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the master of those who know".

1876

Alexander Graham Bell diberikan paten untuk penemuannya yang ia sebut telepon (paten # 174.464).

Alexander Graham Bell merupakan seorang ilmuwan, pencipta, dan pendiri perusahaan telepon Bell. Selain karyanya dalam teknologi telekomunikasi, ia juga menyumbangkan kemajuan penting dalam teknologi penerbangan dan hidrofoil.

Bell umumnya dikenal sebagai penemu telepon tahun 1876 di Amerika Serikat, tetapi menurut Kongres AS pada Juni 2002 menetapkan bahwa Antonio Meucci-lah yang menemukan telepon.

Walaupun Alexander Graham Bell penemu telepon, dia tidak pernah menelepon istri dan ibunya karena mereka tunarungu

1967

‎Tahun 1967 merupakan tahun pertentangan ideologi di dalam sejarah Indonesia.

Di mana, saat itu Presiden Soekarno dianggap gagal dalam menjalankan ketatanegaraan terutama ketika adanya Gerakan 30 September (G-30-S/PKI).

Tepat pada 7 Maret 1967, Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) menggelar sidang istimewa yang menghasilkan ketetapan MPRS.

Salah satu poin ketetapan MPRS yakni, tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintah Negara dari Presiden Soekarno dan meninjau kembali ketetapan MPRS Nomor I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

1973

Silas Papare, pejuang penyatuan Papua ke dalam wilayah Indonesia meninggal pada 7 Maret 1973.

Ia adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Namanya diabadikan menjadi salah satu Kapal Perang Korvet kelas Parchim TNI AL KRI Silas Papare dengan nomor lambung 386.

Selain itu, namanya juga diabadikan menjadi nama Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara di Sentani, Jayapura menjadi Lanud Silas Papare Jayapura.

Baca Juga: 16 Kode Promo Grab Maret 2022 Terbaru, ada Cashback Rp 88.000 dan Diskon GrabCar, GrabFood dan GrabBike

Selain itu didirikan Monumen Silas Papare di dekat pantai dan pelabuhan laut Serui.

Sementara di Jayapura, namanya diabadikan sebagai nama Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik (STISIPOL) Silas Papare, yang berada di Jalan Diponegoro dan Pangkalan TNI AU Silas Papare, Sedangkan di kota Nabire, nama Silas Papare dikenang dalam wujud nama jalan.***(Lucky M. Lukman/Galamedia News)

Editor: Alfan Amar Mujab

Sumber: Galamedia

Tags

Terkini

Terpopuler