Menurut Daryono, untuk pemodelan tsunami, hasilnya sangat bisa dijadikan acuan karena telah dimitigasi para ahli dengan metodenya yang telah disepakati.
Dalam pemodelan tsunami tersebut, di Selat Sunda, Jawa Barat serta Bandar Lampung bisa mencapai 15 hingga 20 meter.
“Lalu bisa menyusut ke Selat Sunda memutar sampai ke utara Jakarta, tapi hanya 1,5 meter saja,” kata Daryono, sebagaimana dilansir Portal Nganjuk dari Desk Jabar dalam artikel “GEMPA BUMI MEGATHRUST Berpotensi Getarkan Jawa Barat, Jakarta, Lampung, Daryono: Jangan Panik, Lakukan Ini”.
Ia mengharapkan, tsunami tidak terjadi saat bulan purnama, karena tsunami yang terjadi bisa lebih tinggi dan akan berdampak pada pesisir Sumatera.
Peringatan dini ini bukan untuk menakut-nakuti warga sekitar daerah yang diperkirakan terdampak.
Namun informasi penting ini untuk mengingatkan semua pihak tentang pentingnya mitigasi bencana gempa, mengingat letak Indonesia yang rentan terhadap gempa. Sehigga masyarakat pun tidak panik saat terjadi gempa.
Bangsa Indonesia, lanjut Daryono, berdiri di atas batas lempengan, karena itu berisiko terdampak gempa.
Kata Daryono, ada 18 sistem sensor yang telah dipasang, termasuk 5 sirine tsunami yang diletakkan di Anyer dan Lampung.
Pihak BMKG telah melakukan upaya edukasi terhadap masyarakat maupun pemangku kepentingan di sekitar wilayah yang berpontensi terdampak gempa.