Profil Jenderal Hoegeng, Gusdur: Hanya Ada 3 Polisi Jujur Polisi Tidur, Patung Polisi, Dan Hoegeng!

- 3 Agustus 2022, 12:01 WIB
Profil Jenderal Hoegeng, Gusdur: Hanya Ada 3 Polisi Jujur Polisi Tidur, Patung Polisi, Dan Hoegeng!
Profil Jenderal Hoegeng, Gusdur: Hanya Ada 3 Polisi Jujur Polisi Tidur, Patung Polisi, Dan Hoegeng! /Miju/Instagram @ jenderalhoegeng

PORTAL NGANJUK - Jenderal Hoegeng adalah satu tokoh teladan yang terkenal akan kejujurannya serta anti korupsi.

Jenderal Hoegeng merupakan anggota Kepolisian Republik Indonesia yang aktif di tahun 1968-1971 silam. Ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang ke-5.

Berbeda dengan polisi lainnya pada masa itu, Hoegeng dikenal dengan polisi yang anti suap dan anti korupsi. Karena prinsip Jenderal Hoegeng lebih baik hidup sederhana daripada ia menerima suap serta korupsi.

Mantan Presiden RI, Abdurrahman Wahid juga pernah memuji kejujuran Hoegeng.

 "Hanya ada 3 polisi jujur ​​di negara ini: polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng". Ujar Abdurrahman Wahid kala itu.

Jenderal Polisi (Purn.) Drs. Hoegeng Iman Santoso lahir pada 14 Oktober 1921 dan wafat pada 14 Juli 2004 lalu.

Baca Juga: Bukan Bharada E, Sosok Istri Ferdy Sambo Disebut Merupakan Saksi Kunci Penting dalam Kasus Brigadir J

Ia dilahirkan dari pasangan Soekarjo Kario Hatmodjo (ayah) dari Tegal dan Oemi Kalsoem (ibu). Jenderal Hoegeng memiliki mata sipit sehingga dia sering di panggil Koko atau Koh.

Jenderal Hoegeng juga merupakan salah satu orang yang mendatangani Petisi 50 yang waktu itu masih di pimpin oleh Presiden Soeharto.

Selain itu, berkat jiwa jujur Hoegeng, sehingga namanya diabadikan menjadi sebuah nama Rumah Sakit Bhayangkara yang terletak di Mamuju, Sulawesi Barat serta sebagai nama stadion sepak bola di Kota Pekalongan.

Saat Jenderal Hoegeng menjabat sebagai Menteri atau Sekretaris Presidium Kabinet, dirinya pernah dicegat oleh seorang tentara kawasan Jalan Semanggi, Jakarta saat sore hari. Peristiwa itu terjadi berselang tidak lama saat terjadinya Gerakan 30 September 1965.

Waktu itu, Jenderal Hoegeng sedang mengendarai jeep Willis-nya yang akan pulang menuju rumahnya yang berada di Menteng, Jakarta. Dan juga kala itu dirinya tengah memakai baju koko dan berkerah Shanghai. Di tengah perjalanan ia di cegat oleh tentara ketika dirinya berada di sekitar Jembatan Semanggi.

Kemudian, Jenderal Hoegeng berhenti dan mengajak tentara tersebut untuk naik ke mobilnya.

“Koh, saya ikut menumpang ya,” kata seorang tentara itu dikutip dari buku Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan karya Suhartono.

Baca Juga: LBH Ikut Menanggapi Soal Pencabutan Sementara Pemblokirian Paypal, LBH: Pemerintah Melanggar HAM!

Hoegeng pun hanya mengangguk.

“Siapa namamu?” bentak seorang tentara itu.

“Saya Hoegeng,” jawabnya.

Dalam buku karya Suhartono tersebut menceritakan bahwa tentara tersebut saat melihat wajah Jenderal Hoegeng ia meminta segera di turunkan.

“Mengapa harus turun di sini? Mari Hoegeng antar ke tempat tujuan,” kata Hoegeng.

Lalu, tentara itu bergegas keluar mobil Jenderal Hoegeng dan mengucapkan terima kasih tanpa melihat wajah Jenderal Hoegeng.

Demikian sedikit biodata mengenai sosok teladan Jenderal Hoegeng yang terkenal akan kejujurannya serta yang anti suapnya.***

Editor: Yusuf Rafii


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah