Network
PORTAL NGANJUK – Data-data penting negara yang berhasil diretas beberapa waktu lali menandakan lemahnya keamanan siber milik negara.
Padahal banyak talenta Indonesia yang ahli di bidang keamanan siber.
Pakar Teknologi Informasi Universitas Gajah Mada (UGM) meminta agar pemerintah bergerak cepat memaksimalkan hal ini.
“Banyak talenta Indonesia di bidang keamanan (siber) yang dapat berkontribusi besar untuk melangkah bersama dalam membangun fondasi yang memadai,” ujar Ridi saat dihubungi di Yogyakarta, dikutip dari ANTARANEWS, Rabu, 14 Agustus 2022.
Baca Juga: Nonton dan Download Anime Isekai Meikyuu Episode 11 Sub Indo, Anime TERBARU SUMMER 2022 FULL 1080p
Menurut Ridi, pemerintah akan mulai melibatkan talenta keamanan siber untuk membenahi keamanan siber Indonesia secara bertahap.
“Kejadian Bjorka dalam membagikan data pribadi adalah sinyal nyata berupa kritik membangun kepada pemerintah untuk berbenah diri dan mengatur ulang prioritas keamanan dan perlindungan privasi. Reskilling mutlak dilakukan agar secara berkala sistem keamanan kita dikaji dan disempurnakan,” lanjut Ridi.
Aktivitas peretas dengan identitas Bjorka dikenal dengan istilah hacktivism, yang berarti aktivitas “hack” untuk motif sosial dan politik.
Aktivitas ini bukanlah hal baru di dunia, banyak negara besar yang pernah mengalami hal ini.
“Jadi fenomena ini adalah sebuah siklus yang tidak terelakan dan menjadi koreksi bagi kita untuk memperbaiki diri,” katanya.
Sebelumnya, Bjorka melalui grup Telegram mengklaim telah meretas surat menyurat milik Presiden Jokowi.
Hal itu langsung diunggah oleh akun Twitter Bernama Dark Tracer, Darkweb Criminal Intelligence dan viral di media sosial Twitter.
Bjorka mengklaim bahwa dirinya kerap meretas data-data terkait kependudukan Indonesia seperti data registrasi “Sim Card Prabayar” dan data milik salah satu provider telekomunikasi.***
