PORTAL NGANJUK – Di era serba teknologi sekarang ini, konten merupakan penguasa digital. Dimanapun kita membuka media sosial di situlah ada konten.
Pembuat konten atau konten kreator kini bertransformasi menjadi pekerjaan yang banyak dinikmati kawula muda.
Namun banyaknya konten kreator tak berbanding lurus dengan kualitas konten yang dihasilkan.
Pengamat Budaya dan Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan menjelaskan dampak buruk jika hal ini terus terjadi.
Baca Juga: Akui Kenal Brigjen Hendra, Robert Bonosusatya Bantah Pinjamkan Jet Pribadi
Menurutnya remaja harusnya mempertimbangkan dampak sosial dan psikologis saat membuat konten.
Ia mengatakan tidak semua remaja paham untuk membuat konten yang berkualitas.
“Misalnya, (video yang direkam) di tempat berbahaya kemudian dijadikan sebagai konten yang akhirnya menimbulkan kecelakaan, seperti beberapa bulan lalu saat sekelompok remaja menghadang truk yang melaju, akhirnya kelindas. Itu demi konten,” ungkap Firman melalui sambungan telepon, dikutip dari ANTARANEWS, Rabu, 21 September 2022.
Ia memahami bahwa media sosial memiliki pengaruh yang besar dalam nilai ekonomis yang didapat dari setiap konten.
Semakin banyak klik yang didapat maka semakin banyak pula uang yang didapat.
Meskipun memiliki sisi positif, namun Firman menyayangkan sebagian remaja membuat konten yang tidak bermanfaat.
“Tidak peduli akibat bagi orang lain, yang penting kontennya sendiri laku. Nah, ini tantangannya. Mereka seharusnya jangan menjadikan anggapan konten semakin buruk itu akan semakin bernilai yang dijadikan formula. Ini yang harus dicegah,” katanya.
Menurutnya, penting untuk para remaja membangun kesadaran serta tanggung jawab untuk dapat membawa dampak sosial dan psikologis.
Hal tersebut bisa terealisasi melalui kerja sama dari berbagai pihak yang mumpuni dalam dunia digital.
“Kelompok remaja perlu diajari bahwa memang konten yang baik itu susah membuatnya, tapi akan lebih everlasting atau lebih berjangka panjang,” tambahnya.
Sementara itu, ia mengapresiasi para remaja yang sudah mampu memproduksi konten berkualitas.
Dengan konten berkualitas, tambahnya, tak jarang membuat konten kreator dilirik oleh pemilik merek ternama.
Ia berharap bahwa konten kreator tidak putus asa dalam membuat konten berkualitas. ***