Biografi Lengkap Lasminingrat Jadi Tokoh Google Doodle Hari Ini, Perempuan Pejuang Emansipasi Wanita Sunda

- 29 Maret 2023, 13:45 WIB
Google Doodle Hari Ini, cendekiawan Lasminingrat.
Google Doodle Hari Ini, cendekiawan Lasminingrat. /Tangkapan layar Google Doodle/

PORTAL NGANJUK - Akan berakhirnya bulan Maret 2023 memasuki bulan April 2023 diwarnai dengan pergantian Google Doodle yang berubah menjadi salah satu tokoh penting yaitu Raden Ayu Lasminingrat atau Lasminingrat sebagai salah satu Perempuan Pejuang Emansipasi Wanita Sunda dan pendiri Sakola Kautamaan Istri bersama Dewi Sartika.

Mengenang sepeninggalannya pada 10 april 1948,  menyambut ulang tahun Raden Ayu Lasminingrat yang ke 169, pada Rabu, 29 maret 2023 dan Google Doodle hari ini menampilkan profil biodata sosok perempuan pejuang emansipasi wanita sunda.

Pada buku "Kajian Tentang Perjuangan Raden Ayu Lasminingrat" dalam rangka pengusulannya sebagai pahlawan nasional yang telah dituliskan penulis oleh Prof. Dr. Nina H. Lubis, M.S Baca Juga: Jadwal Imsak dan Azan Maghrib Kabupaten Mojokerto Selama Bulan Ramadhan 2023menyediakan berbagai jenis penghargaan, baik yang berbentuk bintang jasa, satyalencana, atau gelar pahlawan nasional termasuk Raden Ayu Lasminingrat sosok tokoh perempuan pejuang emansipasi wanita di Indonesia pada masa penjajahan belanda.

Baca Juga: Tempat Dinas Baru Irjen Fadil Imran, Apa itu Baharkam Polri? Simak Informasinya Disini!

Profil Biodata Raden Ayu Lasminingrat

Nama : Raden Ayu Lasminingrat atau Nyi Raden Lasminingrat

Lahir : Limbangan, 29 Maret 1854

Meninggal : 10 April 1948

Orang tua : Raden Haji Muhamad Musa dan Raden Ayu Ria

Suami : Bupati Raden Adipati Aria Wiratanudatar VII

Anak : Raden Ayu Modjaningrat

Sejarah Raden Ayu Lasminingrat

Dalam sejarahnya, Raden Ayu Lasminingrat dikenal sebagai Pelopor Pendidikan, Aktivis Perempuan Sunda, tokoh perempuan intelektual pertama di Indonesia, tokoh kelahiran asal Garut, Jawa Tengah merupakan putri dari seorang sastrawan sunda dan ulama tokoh agama abad ke 19 bernama Raden Haji Muhamad Musa Atau Raden Hadji Moehamad Moesa.

Raden Ayu Lasminingrat merupakan anak pertama yang masuk sekolah untuk belajar, Keputusan ayahnya Raden Haji Muhammad Musa memberikan putrinya untuk belajar di sumedang sekitar tahun 1860 dan dititipkan di rumah kakak iparnya Levyssohn Norman.

Pada saat itu adanya politik etis yang melatarbelakangi adanya pendidikan di Hindia Belanda untuk anak-anak pribumi dalam hal tersebut Raden Ayu Lasminingrat berperan untuk mengedepankan pendidikan khususnya kaum perempuan masa itu dipandang sebelah.

Pendidikan Raden Ayu Lasminingrat

Pada zaman kolonialisme belanda, pada pendidikan untuk bumiputera bumiputeri warga Indonesia saat itu belumlah menjadi hak asasi terutamanya kaum perempuan, Raden Ayu Lasminingrat sangat peduli dengan pendidikan ingin bercita-cita memajukan peranan dan kesetaraan derajat perempuan Nusantara.

Raden Ayu Lasminingrat disekolahkan di rumah Controleur Levisian (orang Belanda), beliau belajar dengan tekun, menulis, membaca, belajar bahasa Belanda serta pengetahuan alam di lingkungannya, kemampuan berpikir kritis dan otak cerdas.

Raden Ayu Lasminingrat dididik oleh orang belanda di Garut, Jawa Tengah yang berhaluan liberal disana, pikirannya bebas, bacaan amat luas pengetahuan dan wawasan kebangsaannya telah melahirkan sikap yang berbeda dengan ayahnya.

Kemudian Raden Ayu Lasminingrat ayahnya menikahkan Lasminingrat dengan calon Bupati Garut, Jawa Barat bernama Raden Djenon untuk menjadi istri kedua.

Baca Juga: THR PNS Pemerintah Daerah Cair H-10 2023, Sri Mulyani Beberkan Ketentuannya Jika Belum Cair

Perjuangan Raden Ayu Lasminingrat

Kembali pada sejarah tahun 1860 saat Raden Ayu Lasminingrat bersekolah, banyak pemerintahan kolonial Belanda yang sangat fanatik terhadap kesetaraan khususnya perempuan, karena dapat menjadikan kemunculkan gelombang dan gerakan feminisme yang tengah bergejolak di Eropa pada zaman kolonial tersebut.

Adapun pada gerakan emansipasi wanita dari Raden Ayu Lasminingrat sendiri dengan cara bergerak diri sendiri, misalnya mengajarkan baca, tulis, serta berbahasa Belanda dan juga Sunda, itulah merupakan gerakan dari Beliau.

Setelah lulus, pada tahun 1879 Raden Ayu Lasminingrat mendidik anak-anak melalui buku bacaan berbahasa Sunda, pendidikan moral, agama, ilmu alam, psikologi serta psikologi dan tak lupa dengan kultur budaya sunda, Jawa Barat.

Kisah Asmara Raden Ayu Lasminingrat

Pada waktu Raden Ayu Lasminingrat di Sumedang sudah fasih berbicara bahasa Belanda dan mendapatkan jodoh dari kaum bangsawan juga, yaitu Raden Tamtoe Somadiningrat merupakan putra dari pangeran Soeria Koesoemah Adinata, Raden Tamtoe Somadiningrat seorang bupati muda di Bandung, Jawa Barat pernikahannya berlangsung pada tahun 1865 dan dianugerahi seorang anak perempuan.

Pernikahannya pun tak berlangsung lama, sebab Raden Tamtoe Somadiningrat meninggal dunia, setelah itu Raden Ayu Lasminingrat pulang kembali ke Limbangan rumahnya untuk melakukan pekerjaan yang sama dengan ayahnya dan menulis karyanya dan menerjemahkan buku bahasa belanda untuk dibaca anak-anak.

Karya Raden Ayu Lasminingrat.

Raden Ayu Lasminingrat memiliki karya tulisan  tangan yang sangat indah yaitu Carita Erman (1875), Warnasari jilid 1 (1876), Warnasari jilid 2 (1887) dan menyalurkan banyak cerita banyak cerita karya Grimm yang populer di Eropa dan ia mendidik para anak-anak melalui buku bacaannya berbahasa sunda bersama Dewi Sartika.

Setelah sepeninggal suaminya, Raden Ayu Lasminingrat mulai berkarya. pada tahun 1875 beliau menerjemahkan ke dalam bahasa Sunda beberapa yaitu karya Christoph von Schmidt, Hendrik van Eichenfels yang diberi judul Tjarita Erman (Carita Erman).

Dakam karyanya beliau mencoba menanamkan rasionalisme dalam dunia pribumi yang masih beralam tradisional yang diwarnai takhayul. Tidak hanya itu, Raden Ayu Lasminingrat juga mengedepankan soal pengetahuan dasar, baik itu tentang ilmu pengetahuan alam.

Apa Saja Yang Bisa Dicontoh Dari Raden Ayu Lasminingrat

Sewaktu beliau  sangat tekun dan tidak patah semangat, juga beliau sudah pastinya untuk mencapai tujuannya sendiri, perempuan memiliki hak yang sama, untuk kaum perempuan berpendidikan tinggi sangatlah penting dalam mengembangkan minat, bakat tingkat kecerdasannya dan kebebasan persamaan atas status sosial.

Editor: Muhafi Ali Fakhri


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x