Serba Serbi Lebaran Ketupat, Mulai dari Sejarah sampai Filosofinya

- 29 April 2023, 14:44 WIB
Serba Serbi Lebaran Ketupat, Mulai dari Sejarah sampai Filosofinya
Serba Serbi Lebaran Ketupat, Mulai dari Sejarah sampai Filosofinya /Pixabay

PORTAL NGANJUK – Satu minggu setelah Lebaran Idul Fitri atau 1 Syawal, Masyarakat Muslim Indonesia, khususnya yang tinggal di Pulau Jawa merayakan tradisi turun temurun yang dinamakan Lebaran Ketupat. Tradisi ini juga dikenal sebagai kegiatan Syawalan di beberapa daerah.

Di daerah Pulau Jawa, seperti Klaten, Jawa Tengah, perayaan tradisi ini disimbolkan sebagai lambang kebersamaan dan disebut dengan Kenduri Ketupat.

Dilansir dari nu.or.id, Widodo, salah satu warga Tundungan mengatakan bahwa tradisi ini menjadi agenda tahunan satu minggu setelah hari raya Idul Fitri. Biasanya, ketupat yang sudah ditata dalam wadah langsung dibawa ke tempat kenduri halaman rumah warga.

Tentunya tidak hanya ketupat saja yang dibawa, melainkan ada sayur, sambal goreng, dan bubuk kedelai juga. Setelah itu, ketupat dan isinya disusun sedemikian rupa serta didoakan bersama oleh warga setempat, sebagaimana filosofi dari ketupat itu sendiri yaitu mengaku lepat atau mengaku salah kepada Allah SWT.

Dikutip dari sumber yang sama, kata “ketupat” atau “kupat” berasal dari kata bahasa Jawa “ngaku lepat” yang berarti “mengakui kesalahan”. Sehingga dengan ketupat, saudara sesama Muslim ini diharapkan mengakui kesalahan, saling memaafkan, dan melupakan kesalahan dengan cara memakan ketupat tersebut.

Tidak hanya itu, bungkus yang dibuat dari janur kuning melambangkan penolak bala bagi orang Jawa sedangkan bentuk segi empat mencerminkan prinsip “kiblat papat lima pancer,” yang bermakna bahwa ke mana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah. 

Beberapa masyarakat Muslim Jawa juga memaknai rumitnya anyaman bungkus ketupat, yang mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia. Sedangkan warna putih ketupat ketika dibelah dua diartikan sebagai kebersihan dan kesucian setelah mohon ampun dari kesalahan. Beras sebagai isi ketupat diharapkan menjadi lambang kemakmuran setelah hari raya.

Biasanya, ketupat disajikan bersama opor ayam dan sambal goreng, yang ternyata juga ada makna filosofisnya. Opor ayam menggunakan santan sebagai salah satu bahannya, sedangkan santan, dalam bahasa Jawa disebut dengan santen yang mempunyai makna “pangapunten” alias memohon maaf. 

Saking melekatnya kupat dengan santen ini, ada pantun yang sering dipakai pada kata-kata ucapan Idul Fitri, yaitu: Mangan kupat nganggo santen. Menawi lepat, nyuwun pangapunten. Artinya, makan ketupat pakai santan, bila ada kesalahan mohon dimaafkan.

Halaman:

Editor: Yusuf Rafii


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x