Dikabarkan Akan Mengalami Dedolarisasi, Sejumlah Negara Tinggalkan Dollar Dalam Transaksi Bilateral

- 5 Mei 2023, 13:20 WIB
Illustration shows U.S. 100 Dollar.
Illustration shows U.S. 100 Dollar. /REUTERS/Yuriko Nakao/

PORTAL NGANJUK - Dedolarisasi telah menjadi kata kunci untuk fundamental ekonomi makro yang lemah di banyak Negara ekonomi pasar berkembang (EME) selama 40 tahun terakhir.

Fenomena mata uang ini dimulai pada tahun 1970-an di Amerika Latin,di mana mata uang lokal sering direndahkan dari peran tradisional mereka oleh serangan inflasi tinggi dan hiper.

Proses substitusi Dedolarisasi mata uang seperti itu biasanya dilakukan secara bertahap, dengan mata uang domestik pertama-tama kehilangan fungsi alat tukarnya.

Baca Juga: PT. Antam Tbk Naikkan Harga Emas 1,4% Semakin Meroket Jadi Rp 1.077.000 Per Gram

Kemudian diikuti dengan hilangnya fungsi unit akun Negara mereka, terutama untuk transaksi item utama seperti real estat

Semakin banyak negara dari Brasil hingga Negara-Negara Asia Tenggara, menyerukan agar perdagangan dilakukan dalam mata uang lain selain dolar AS.

Tak hanya itu saja termasuk kekuatan ekonomi besar seperti Negara China, Brasil, dan India, mengurangi ketergantungan mereka pada Dolar.

Baru-baru ini Negara Argentina dan Tiongkok sepakat untuk meninggalkan Dolar dalam transaksi, Argentina mulai berkomitmen transaksi impor pada volumenya dari Tiongkok menggunakan mata uang Yuan dan Rusia menggunakan mata uangnya.

Negara-negara ini secara aktif mencari opsi di luar USD dengan mengeksplorasi sistem perbankan global alternatif.

Sementara Indonesia pun memiliki kerangka kerja sama serupa yang dinamakan Local Currency Settlement dengan sejumlah Negara.

Baca Juga: Nilai Tukar Kurs Rupiah Menguat, Dipicu Karena Ekonomi AS Kurang Baik, Benarkah?

Local Currency Settlement adalah penyelesaian transaksi bilateral antara dua Negara yang dilakukan dalam mata uang masing-masing Negara di mana setelmen transaksinya dilakukan di dalam yurisdiksi wilayah Negara masing-masing.

Milind Mehere selaku Yieldstreet Founder/CEO, Cofounder Yodle, Angel Investor dilansir dari Linkedin (05/05/2023) mengatakan terkait dari Dedolarisasi:

Langkah ini digunakan untuk mengurangi dominasi ketergantungan pada Dolar, Dedolarisasi pada ekonomi dunia kini mulai goyah menjadi cross border.

Perdagangan rubel-yuan telah mengalami lonjakan delapan kali lipat yang mencengangkan sejak awal 2022.

Dolar AS adalah ekonomi terbesar di dunia, tetapi juga karena minyak, komoditas utama yang dibutuhkan oleh semua ekonomi besar dan kecil, dihargai dalam greenback. 

Tetapi sejak Federal Reserve memulai perjalanan kenaikan suku bunga yang agresif untuk melawan inflasi domestik, banyak bank sentral Negara di seluruh dunia telah menaikkan suku bunga untuk membendung arus keluar modal dan depresiasi tajam.

Dalam data statistik investor internasional ada laporan bahwa Rusia dan Iran sedang mengembangkan mata uang kripto yang didukung emas sebagai alternatif dari dolar AS untuk perdagangan internasional.

Editor: Muhafi Ali Fakhri


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x