Usai kejadian itu, Kim Jong Un yang marah langsung memerintahkan para bawahannya untuk menemukan pelaku tindakan tersebut.
Mereka juga sudah meminta beberapa keterangan dari penduduk setempat mengenai hari kejadian saat grafiti itu muncul.
Kejadian munculnya graffiti ini terjadi saat Korea Utara sedang menghadapi krisis kekurangan pangan ditengah kebijakan penutupan perbatasan dalam upaya pencegahan pandemi Covid-19.
Berdasarkan perkiraan dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, pada tahun 2021 saja, Korea Utara mengalami kekurangan 860.000 ton produksi.
Seorang professor dari Universitas Waseda Tokyo bernama Tshimitsu Shigemura mengungkapkan, bahwa orang terkaya di Korea Utara saja saat ini menderita, karena kekurangan makanan, obat-obatan, maupun bahan bakar.
“Memiliki pesan (grafiti) seperti ini di dinding di Pyongyang akan mengejutkan pihak berwenang dan orang-orang biasa,” kata Shigemura.
“Saya pikir banyak orang yang melihat grafiti akan setuju dengan itu, tetapi mereka terlalu takut untuk mengatakannya dengan lantang,” imbuhnya.
Semenjak Kim Jong Un menjadi presiden Korea Utara pada 2011, aturan di negara Korea Utara semakin diperketat.