Network
Portalnganjuk.com – Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan 4.301 truk bantuan kemanusiaan telah tiba di Jalur Gaza melalui perbatasan Rafah, Mesir, selama 21 Oktober hingga 16 Desember.
Menurut laporan Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina, hanya 310 truk bantuan kemanusiaan yang mencapai Jalur Gaza utara, termasuk Kota Gaza dan wilayah utara, selama jeda kemanusiaan sepekan yang berakhir pada 1 Desember 2023.
Jumlah tersebut jauh dari kebutuhan kemanusiaan yang terus bertambah di tengah serangan Israel terhadap Jalur Gaza. Dan menurut, Program Pangan Dunia PBB, sekitar 2 juta orang di Gaza yang membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Bantuan kemanusiaan yang tiba di Gaza terdiri dari makanan, air, obat-obatan, dan bahan-bahan lainnya. Bantuan tersebut disalurkan oleh berbagai organisasi internasional, termasuk PBB, dan organisasi kemanusiaan dari berbagai Negara.
Diketahui, Pada 29 November 2023, Program Pangan Dunia PBB memperingatkan ancaman kelaparan di Jalur Gaza. Program tersebut mengatakan bahwa hanya sekitar 7% dari kebutuhan kalori minimum harian yang dapat dipenuhi oleh pasokan makanan yang tersedia di Gaza.
Peringatan ini dikeluarkan setelah jeda kemanusiaan selama 12 jam berakhir pada tanggal 26 November. Jeda kemanusiaan tersebut disepakati oleh Israel dan Hamas untuk memungkinkan pasokan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Namun, setelah jeda kemanusiaan berakhir, Israel terus menggempur Jalur Gaza. Serangan udara Israel telah menghancurkan infrastruktur vital, termasuk pembangkit listrik, rumah sakit, dan sekolah.
Menurut data resmi dari Kementerian Kesehatan Palestina, sedikitnya 19.453 warga Palestina tewas dan lebih dari 52.286 lainnya terluka akibat serangan udara dan darat pasukan Israel sejak 7 Oktober menyusul serangan lintas perbatasan yang diluncurkan Hamas. Sementara itu, korban tewas di pihak Israel berjumlah 1.200 orang.
Konflik Israel-Hamas telah berlangsung selama lebih dari dua minggu, dan telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah di Jalur Gaza. Jutaan orang Palestina telah kehilangan tempat tinggal, dan akses ke makanan, air, dan perawatan kesehatan sangat terbatas.***
