Menuju Indonesia Bebas AIDS 2030

- 6 November 2021, 18:15 WIB
Menuju Indonesia Bebas AIDS 2030
Menuju Indonesia Bebas AIDS 2030 /Pixabay

PORTAL NGANJUK – Sejauh ini, Antiretroviral (ARV) merupakan obat yang ampuh menekan virus HIV/AIDS dalam tubuh Orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Saking ampuhnya, penderita HIV/AIDS bahkan bisa berkeluarga, produktif bekerja, berkeluarga dan virus nya tidak menular ke istri dan anaknya.

Dengan kata lain, ODHA yang meminum ARV secara teratur tanpa tertinggal sekalipun dapat hidup layaknya orang yang tidak menderita HIV/AIDS. Namun bagaimana rekam jejak awal ARV ada di Indonesia sampai menurunkan angka kematian ODHA?

 Baca Juga: Jangan Simpan 11 Jenis Makanan Ini di Lemari Es, Karena Bahaya Bagi Kesehatan

Menurut Ketua Panli HIV AIDS PIMS, Samsuridjal Djauzi menjelaskan awal pertama HIV/AIDS masuk ke Indonesia jika dibandingkan dengan sekarang jauh berbeda dari segi jumlah korban.

Karena kehadiran ARV itu, angka kematian akibat HIV/AIDS jadi menurun. Dia mengatakan tahun 1986 ada laporan kasus seorang perempuan Indonesia di sebuah rumah sakit menderita HIV. Kemudian tahun 1987 di Bali terdapat seorang wisatawan asal Belanda yang meninggal karena HIV.

“Dari situlah mulai kasus meningkat, dan biasanya adalah pasien datang dalam keadaan sakit berat, sudah dalam infeksi oportunistik entah itu TBC, infeksi otak, entah penyakit lain, kemudian diperiksa HIV dan diketahui positif,” katanya seperti dikutip dari lama resmi Kemenkes RI.

 Baca Juga: Monumen Perjuangan Pandemi Covid-19 Untuk Hargai Perjuangan Para Nakes, Relawan dan ASN Akan Segera Dibuka

Kasus HIV/AIDS lantas menurun setelah adanya ARV di Indonesia, Sjamsurizal menambahkan, ARV pertama kali ada pada 1997 dan Pemerintah Indonesia mulai menyediakan obat ARV secara cuma-cuma pada akhir 2014.

Dari sebelum ada ARV mereka yang sudah dalam keadaan infeksi oportunisktik, artinya HIV berat, itu dalam 6 bulan paling lama 2 tahun akan meninggal.

“Jadi pada waktu itu yang ramai di setiap negara adalah pembuatan shelter untuk menampung penderita HIV. Ada di mana-mana, Amerika, Eropa, Thailand, dan Indonesia. Wakti itu mempersiapkan shelter karena belum ada ARV yang bisa menekan virus tersebut,” katanya lagi.

 Baca Juga: Pasukan IRGC Iran Serbu Kapal Perang Amerika Serikat Lantaran Kesal Kapal Tankernya Sering Diganggu

Setelah ada ARV, kondisinya berubah. Angka kematian akibat HIV/AIDS menurun, kemudian juga semakin banyak ditemukan penderita HIV/AIDS dalam keadaan belum ada gejala.

Jadi misalnya, Samsuridjal mencontohkan, jika ada seorang suami masuk ke rumah sakit dan diperiksa HIV/AIDS dah hasil nya positif, istrinya lantas dilakukan tes HIV juga sehingga apabila dia belum ada infeksi oportunistik dapat segera diberikan ARV.

“Sekarang sebagian besar mungkin sekitar 300 ribu lebih orang sudah diketahui terinfeksi HIV di Indonesia, dan sekitar 120 ribu orang mengonsumsi ARV secara teratur,” tambah Samsuridjal. “Karena itulah Kemenkes bersama LSM dengan para profesi sekarang yang sangat dianjurkan adalah kita bisa mendeteksi. Barangkali kita masih punya sekira 300 ribuan lagi ODHA yang belum terdeteksi HIV. Dari yang (ODHA) sudah produktif sebagian ada yang sudah bisa berpenghasilan dan memang sebagian besar mereka usaha mandiri.” Samsuridjal mengharapkan ada banyak peluang kerja bagi ODHA yang sudah produktif di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan hak ODHA dan selain ODHA sama di masyarakat.***

Editor: Yusuf Rafii

Sumber: Menko PMK


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah