Ini Dia, 7 Contoh Motif dan Sikap Menggunakan Teori Paradigma Sosial Lengkap Dengan Studi Kasus Jurnal!

2 Januari 2023, 19:25 WIB
Ini Dia, 7 Contoh Motif dan Sikap Menggunakan Teori Paradigma Sosial Lengkap Dengan Studi Kasus Jurnal! /ANTARA/Naufal Fikri Yusuf

PORTAL NGANJUK – Motif dan sikap dalam dunia psikologi atau sosiologi penting untuk diketahui dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

Motif merupakan dorongan manusia yang menyebabkan individu untuk berbuat sesuatu.

Salah satu cara untuk melihat motif dan sikap yaitu dengan menggunakan teori paradigma sosial.

Teori paradigma sosial menekankan pada analisa tindakan sosial.

Teori ini terbagi menjadi 3 yaitu konsep atau teori aksi, interaksi simbol, dan fenomenologi.

Lantas, apa sajakah contoh motif dan sikap yang menggunakan teori paradigma sosial?

Berikut penjelasan 7 Contoh Motif dan Sikap Menggunakan Teori Paradigma Sosial :

1.Studi Kasus : Peran Majelis Ulama Indonesia Dalam Mitigasi Pandemi Covid-19 (Mushodiq dan Imron, 2020)

Motif dalam penelitian ini berdasar pada paradigma tindakan sosial sebagai tindakan individu yang bermuatan makna subyektif bagi individu yang bersangkutan, tetapi memiliki dampak bagi individu lainnya, dan ada harapan adanya reaksi dari individu lain tersebut.

Pada penelitian menunjukan yang pertama MUI merupakan aktor dari tindakan sosial keagamaan.

Kedua, motif tindakan sosial keagamaan MUI melalui fatwa yang diterbitkan mengandung tiga motif dominan.

Ketiga, motif instrumentally rational dalam fatwa mengacu pada berbagai macam model peribadatan.

Keempat, MUI menggunakan nilai-nilai dari Agama Islam yang bersumber dari Alquran, Hadis, dan Kaidah Fikih.

Kelima, MUI berupaya untuk meneruskan tradisi para Nabi dan Sahabat.

Keenam, dominasi kekuasaan MUI penentu hal wajib dan haram dalam peribadatan.

Ketujuh, MUI sangat penting perannya dalam upaya mitigasi pandemi COVID-19.

 Baca Juga: Buntut Perselingkuhan Suami dan Ibu Mertua, Akun Facebook Ibunda Norma Diincar Netizen!

2.Studi Kasus: Pola Perilaku Sosial Masyarakat Dalam Mempertahankan Budaya Lokal (Studi Kasus Pembuatan Rumah Di Desa Minanga Kecamatan Bambang Kabupaten Mamasa) (Eptiana dan Amir, 2021)

Motif pada penelitian ini berdasar pada paradigma perilaku sosial yang memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacam-macam objek sosial dan non sosial yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungannya yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku.

Pada penelitian menunjukan bahwa pola perilaku sosial dalam mempertahankan budaya lokal pembuatan rumah yaitu (a) Gotong royong (b) Tolong menolong.

Alasan budaya lokal pembuatan rumah masih dipertahankan oleh masyarakat Desa Minanga antara lain (a) Merupakan suatu tradisi sejak zaman nenek moyang yang diwariskan secara turun-temurun (b) Mempunyai ciri khas dan keunikan.

Dampak budaya lokal pembuatan rumah yaitu positifnya seperti merasa nyaman dan terhindar dari segala penyakit dalam menghuni rumah, sedangkan dampak negatif tidak merasa nyaman dalam menghuni rumah dan terjadinya kebakaran jika membangun rumah tidak sesuai dengan kebiasaan.

 Baca Juga: Biodata Lengkap Eiichiro Oda, Mangaka One Piece Yang Saat Ini Berulang Tahun ke-48, Karyanya Mendunia!

3.Studi Kasus: Perilaku Sosial Anak-Anak Jalanan di Kota Semarang (Puruhita dkk, 2016)

Motif pada penelitian ini berdasar pada dialektika Bourdieu yang  mengenai kaitan habitus dan arena.

Dikatakan oleh Bourdieu bahwa suatu praktik atau realitas sosial terpengaruh oleh habitus dan arena yang ada.

Habitus yang dimaksud Bourdieu adalah bukan hanya suatu kebiasaan, namun dilakukan tanpa sadar atau secara spontan. Sedangkan arena adalah lingkungan yang ada di sekitar yang mendukung terjadinya praktik sosial.

Pada penelitian menunjukan bahwa beragam perilaku sosial anak-anak jalanan di Kota Semarang, yaitu sopan santun, solidaritas, bergaul, dan interaksi dengan lawan jenis.

Perilaku sosial anak jalanan tidak selalu menyimpang seperti pandangan masyarakat umum, mereka masih memegang nilai dan norma dalam masyarakat seperti sopan santun dan solidaritas terlebih sesama anak jalanan.

4.Studi Kasus: Tindakan Sosial Komunitas Save Street Child dalam Pemberdayaan Anak Jalanan di Kota Malang ( Wardana, 2017)

Motif dalam penelitian ini berdasar pada paradigma tindakan sosial sebagai tindakan individu yang bermuatan makna subyektif bagi individu yang bersangkutan, tetapi memiliki dampak bagi individu lainnya, dan ada harapan adanya reaksi dari individu lain tersebut.

Penelitian menunjukan bahwa komunitas Save Street Child Malang melakukan kegiatan pemberdayaan terhadap anak jalanan melalui program-program kegiatan seperti Jareng, 1001 susu, happy vacation, weekend seru, book hunter, 10 ribu berkah, kakak asuh, OBMD, Love and Share dan strategi pendekatan yang telah di konsep dan direncanakan.

Berbagai program kegiatan pemberdayaan seperti pendidikan, bermain, keterampilan dan lain sebagainya dilakukan oleh komunitas Save Street Child Malang secara sukarela dengan tujuan agar anak jalanan tersebut dapat mendapatkan hak-haknya kembali.

 

5.Studi Kasus: Perilaku Sosial Remaja Era Globalisasi di SMK Muhammadiyah Kramat, Kabupaten Tegal (Krisnaningrum dkk, 2017)

Pada penelitian menunjukkan keberagaman perilaku sosial remaja di SMK Muhammadiyah Kramat.

Keberagaman perilaku sosial remaja tersebut diantaranya memakai seragam sekolah yang sudah dimodifikasikan sesuai trend yang ada seperti celana pensil dan rok ngatung, bahasa alay mereka gunakan untuk berkomunikasi di media sosial.

Media sosial bagi mereka adalah media untuk mengekspresikan perasaan mereka.

Persahabatan adalah sesuatu hal yang penting bagi mereka. Ketika ada konflik dengan guru dan orang tua, mereka akan lebih mendengarkan masukan dari teman sebaya.

Jika dikaitkan dengan teori interaksi simbolik ‘I and Me’ dari George Herbert Mead, dalam diri remaja terdapat konflik intrapersonal dimana ada dorongan untuk berperilaku sesuai aturan sekolah yang berarti remaja tersebut memposisikan sebagai “me”.

Dorongan lain dalam diri remaja adalah dorongan untuk hidup bebas tanpa terbelenggu aturan sekolah atau remaja ini memposisikan diri sebagai “I”.

Lingkungan pergaulan teman mempengaruhi posisi perilaku sosial remaja tersebut.

 Baca Juga: Sempat Jadi Media Sosial Paling Populer Kini TikTok Kembali Dikalahkan Google

  1. Studi Kasus: Perilaku Sosial Santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Muballighin Desa Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang ( Ningrum dan Rochana, 2019)

Motif pada penelitian ini berdasar pada teori behavioral sosiologi merupakan salah satu teori dari paradigma perilaku sosial yang dibangun dalam rangka menerapkan prinsip psikologi perilaku ke dalam sosiologi.

Teori ini memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor dengan tingkah laku aktor.

Pada penelitian bahwa perilaku sosial santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Muballighin mencerminkan sifat yang baik yaitu saling menghormati, bersikap sopan santun, saling tolong menolong, peka dan peduli terhadap sesama, serta mempunyai rasa terima kasih yang tinggi.

Perilaku sosial santri dapat dilihat dari kegiatan sehari-hari yang dilakukan sebagai contoh ketika ada temannya yang sakit saling menjenguk dan merawat, memberi salam kepada sesama santri dan mencium tangan kepada yang lebih tua atau kyainya.

Faktor pembentuk perilaku sosial santri yang paling berpengaruh adalah perilaku sang kyai yaitu disiplin, kewibawaan, kedekatan terhadap santri, memberikan kasih sayang, dan nasihat.

Menurut kyai, seorang guru harus menjadi uswatun khasanah dalam kehidupan sehari-hari bagi santri-santrinya.

Jenis perilaku santri yang paling menonjol adalah kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial dimana santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Muballighin sudah dapat hidup mandiri, dapat bergaul, ramah, dan patuh terhadap tata tertib yang dapat dilihat dari perilaku sopan santri di dalam kehidupan sehari-hari di pondok pesantren.

 

7.Studi Kasus: Perilaku Sosial Anak Putus Sekolah (Madani dan Risfaisal, 2016)

Motif pada penelitian ini berdasar pada paradigma perilaku sosial yang memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacam-macam objek sosial dan non sosial yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungannya yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku.

Pada penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa faktor penyebab anak putus sekolah di masyarakat Pattallassang, Kabupaten Takalar secara umum adalah kondisi ekonomi keluarga yang kurang mendukung, faktor lingkungan dan dari diri anak itu sendiri.

Sementara perilaku sosial anak putus sekolah memperlihatkan bahwa perilakunya cenderung kepada hal-hal bersifat negatif, seperti menjadi lebih nakal, sering keluar malam untuk berkumpul dengan teman-temannya, melakukan tindakan kekerasan, mabuk-mabukan, sampai mengkonsumsi narkoba.

Namun, berbeda dengan anak putus sekolah kemudian melakukan aktivitas lain, seperti bekerja dan membantu orang tuanya mereka cenderung melakukan perilaku yang positif.

Berbagai upaya juga dilakukan pemerintah setempat dalam mencegah terjadinya anak putus sekolah.***

 

Editor: Yusuf Rafii

Tags

Terkini

Terpopuler