Saat itu abah Jappar mendampingi bu Ani menghadap kuncen.
“Ketemu nggak bu dengan Eyang Yugo, yang punya pesugihan di situ dan diharapkan bertemu itu,” ujar kuncen.
“Yang datang bermacam-macam, ada datang pocong. Ada datang yang tinggi besar hitam, ada yang kecil ah macam-macam lah banyak,” kata bu Ani
“Akhirnya datang sosok yang memakai pakaian zaman dulu, zaman kerajaan, memperkenalkan diri,” ujar bu Ani lagi.
“Oh itu Eyang Yugo,” ujar kuncen.
Dari gunung kawi, bu Ani mengaku diberi kantong merah kecil bertuliskan huruf Tionghoa, kantong kuning, dan dupa. Secara berkala ke depannya, dupa tersebut harus dibakar ke toko.
Diakui abah, setelah satu tahun berjalan, abah bertemu dengan teman yang menjadi penghubung penyewa mobil, dan ia menanyakan kondisi bu Ani.
“Wah sekarang grosirnya grosir besar, lalu maju, ini punya mobil bagus, anak-anaknya sekolah,” ujar penghubung, ditirukan Abah Jappar.
Sesekali waktu, Abah Jappar pun mengunjungi toko bu Ani.