Usai Pemecatan Rusia dari Majelis HAM, Indonesia Peringatkan PBB untuk Hati-hati Dalam Pencabutan Anggotanya

- 9 April 2022, 13:46 WIB
Ilustrasi. Usai Pemecatan Rusia dari Majelis HAM, Indonesia Peringatkan PBB untuk Hati-hati Dalam Pencabutan Anggotanya
Ilustrasi. Usai Pemecatan Rusia dari Majelis HAM, Indonesia Peringatkan PBB untuk Hati-hati Dalam Pencabutan Anggotanya /

PORTAL NGANJUK – Beberapa waktu lalu Majelis Umum PBB secara resmi telah mengeluarkan Rusia dari anggota Majelis HAM PBB.

Pengeluaran Rusia dari Majelis HAM tersebut berdasarkan hasil voting dari negara anggota, dimana sebanyak 93 negra menyatakan setuju, 24 negara menolak dan 53 negara abstain, termasuk Indonesia.

Dalam hal ini pemerintah Indonesia memperingatkan kepada PBB agar dapat lebih berhati-heti dalam mencabut hak sah dari anggotanya.

Pencabutan hak sah keanggotaan harusnya tidak ditetapkan sebelum mengetahui secara pasti semua fakta yang ada.

Baca Juga: Dinilai Telah Melakukan Kejahatan dan Pelanggaran Perang, Rusia Dipecat dari Dewan HAM PBB

Hal itu sebagaimana disebutkan dalam pernyataan pers Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, terkait dengan adanya resolusi dalam Sidang Darurat Khusus Majelis Umum PBB pada tanggal 7 April 2022 lalu.

Dari sidang tersebut menetapkan penangguhan status keanggotaan Rusia sebagai Dewan HAM PBB.

Menurut keterangan Kemenlu, pihak yang melakukan pelanggaran HAM di Ukraina harus bertanggung jawab atas tindakannya dan dibawa ke pengadilan.

“Dalam explanation of vote, Wakil Tetap Republik Indonesia untuk PBB, Arrmanatha Christiawan Nasir menegaskan bahwa, pihak yang bertanggung jawab atas pelanggaran HAM di Ukraina harus dimintai pertanggung jawaban dan dibawa ke pengadilan,” demikian keterangan Kemenlu.

Untuk itu, Indonesia mengatakan bahwa Independent International Commission of Inquiry yang telah terbentuk sebelumnya harus diberi kesempatan untuk bekerja transparan dan obyektif.

Baca Juga: CEK FAKTA: Ukraina Ancam akan Tarik Kemerdekaan Indonesia karena Tolak Resolusi PBB

Selain itu, mereka juga harus melaporkan semua hasil temuannya.

Tak hanya itu, menurut pihak Indonesia Dewan HAM yang ada di Jenewa juga harus diberikan akses untuk bekerja secara transparan serta melaporkan hasil temuannya.

“Majelis Umum PBB perlu bersikap hati-hati, dan tidak mencabut hak sah anggotanya sebelum mempunyai seluruh fakta yang ada. Majelis Umum PBB tidak boleh menciptakan preseden negatif yang dapat menjatuhkan kredibilitasnya sebagai badan yang terhormat,” terang Kemenlu.

Kemudian, Indonesia juga mendesak kepada semua pihak agar menghentikan seluruh tindak kekerasan dan sekuat mungkin mengupayakan terwujudnya perdamaian melalui dialog dan diplomasi.

“Ini adalah cara satu-satunya yang dapat menghentikan penderitaan dan bertambahnya korban jiwa di Ukraina. Sekaligus untuk mencegah semakin parahnya dampak perang ini dalam skala yang lebih luas,” pungkas Kemenlu.***

Editor: Andri Wahyu Pratama

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah