Hari Epilepsi Internasional. Lima Mitos dan Fakta Seputar Kejang dan Epilepsi

- 12 Februari 2024, 16:20 WIB
Hari Epilepsi Internasional. Lima Mitos dan Fakta Seputar Kejang dan Epilepsi
Hari Epilepsi Internasional. Lima Mitos dan Fakta Seputar Kejang dan Epilepsi /Shutterstock

Portalnganjuk.com Pada peringatan Hari Epilepsi Internasional, tanggal 12 Februari 2024, Konsultan Senior Ahli Saraf dan Kepala Departemen Neurologi Rumah Sakit Global di Mumbai, India, Dr. Pankaj Agarwal menyampaikan lima mitos dan fakta seputar kejang dan epilepsi.

Dr. Agarwal mengemukakan pentingnya masyarakat memahami bahwa epilepsi bukan hanya menyebabkan kejang sesekali, tetapi juga berdampak pada kondisi fisik, mental, dan emosional penderitanya.

"Kurangnya kesadaran ini dapat menyebabkan stigmatisasi dan diskriminasi terhadap mereka yang hidup dengan epilepsi, sehingga semakin memperumit kehidupan sehari-hari mereka," kata Agarwal.

Berikut merupakan lima mitos dan fakta seputar kejang dan epilepsi.

Mitos 1: Epilepsi sangat jarang terjadi di dunia.

Fakta: Epilepsi merupakan salah satu kelainan neurologis paling umum di dunia. Diperkirakan bahwa 50 juta orang di seluruh dunia hidup dengan epilepsi, dan di Indonesia sendiri, terdapat sekitar 2 juta orang yang menderita epilepsi.

Epilepsi dapat disebabkan oleh berbagai Faktor Risiko, antara lain:

  • Cedera kepala
  • Infeksi otak
  • Stroke
  • Tumor otak
  • Penyakit Alzheimer
  • Malformasi otak
  • Kecenderungan genetik

Epilepsi adalah kondisi yang umum dan dapat diobati. Dengan edukasi dan dukungan, orang dengan epilepsi dapat menjalani hidup yang penuh dan produktif.

Mitos 2: Epilepsi dan kejang sama saja.

Fakta: Kejang adalah salah satu gejala epilepsi, tetapi tidak semua orang yang mengalami kejang memiliki epilepsi. Kejang dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti:

  • Gangguan sementara pada aktivitas listrik otak
  • Demam tinggi
  • Cedera kepala
  • Keracunan
  • Gangguan metabolisme
  • Infeksi otak
  • Stroke
  • Tumor otak

Epilepsi adalah kondisi neurologis yang ditandai dengan kejang berulang yang tidak disebabkan oleh faktor-faktor di atas.

Mitos 3: Epilepsi selalu menyebabkan kejang-kejang yang mencakup gemetar dan gerakan menyentak.

Fakta: Kejang merupakan salah satu gejala epilepsi, tetapi tidak semua jenis kejang melibatkan gemetar dan gerakan menyentak. Ada berbagai jenis kejang, dan masing-masing memiliki gejala yang berbeda.

Jenis-jenis Kejang

Kejang fokal: Kejang ini hanya melibatkan satu bagian otak. Gejalanya dapat berupa:

  • Gerakan menyentak pada bagian tubuh tertentu
  • Kelemahan atau kekakuan otot pada bagian tubuh tertentu
  • Kedutan
  • Perubahan sensasi, seperti kesemutan atau mati rasa
  • Perubahan emosi, seperti ketakutan atau kebahagiaan
  • Perubahan pemikiran atau kognisi, seperti kebingungan atau déjà vu

Kejang umum: Kejang ini melibatkan seluruh otak. Gejalanya dapat berupa:

  • Kehilangan kesadaran
  • Jatuh
  • Gemetar dan gerakan menyentak
  • Mengompol atau buang air besar
  • Menghentikan pernapasan untuk waktu singkat

Kejang absen: Kejang ini biasanya terjadi pada anak-anak. Gejalanya dapat berupa:

  • Tatapan mata yang kosong
  • Berhenti sejenak dari aktivitas
  • Kedutan kelopak mata

Memahami epilepsi dapat membantu mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan epilepsi. Dengan memahami epilepsi, kita dapat membantu orang dengan epilepsi menjalani hidup normal dan produktif.

Mitos 4: Epilepsi selalu dipicu oleh lampu berkedip, video gim, atau stres

Fakta: Lampu berkedip, video gim, dan stres adalah faktor yang dapat memicu kejang pada beberapa orang dengan epilepsi, tetapi tidak semua orang dengan epilepsi memiliki pemicu yang sama.

Faktor-faktor Pemicu Kejang

  • Kurang tidur
  • Stres
  • Penggunaan alkohol atau obat-obatan
  • Demam atau penyakit
  • Perubahan hormonal
  • Nutrisi
  • Penggunaan obat-obatan tertentu

Epilepsi yang dipicu oleh lampu berkedip, video gim, atau stres lebih sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Frekuensi kejang yang dipicu oleh faktor-faktor ini cenderung menurun seiring dengan pertambahan usia.

Mitos 5: Epilepsi adalah suatu kondisi kejiwaan.

Fakta: Epilepsi adalah kelainan neurologis, bukan kondisi kejiwaan. Kelainan ini disebabkan oleh aktivitas listrik otak yang tidak normal.

Penyebab Epilepsi

  • Gangguan pada aktivitas listrik otak
  • Cedera kepala
  • Infeksi otak
  • Stroke
  • Tumor otak
  • Malformasi otak
  • Faktor genetik

Dampak Psikologis Epilepsi

Epilepsi dapat berdampak pada kesehatan mental dan emosional penderitanya. Orang dengan epilepsi lebih berisiko mengalami:

  • Depresi
  • Kecemasan
  • Gangguan stres pasca-trauma
  • Gangguan belajar
  • Stigma sosial

Epilepsi dapat diobati dengan obat-obatan antiepilepsi. Obat-obatan ini dapat membantu mengendalikan kejang dan meningkatkan kualitas hidup penderitanya.

Orang dengan epilepsi dapat memperoleh manfaat dari berbagai jenis dukungan psikologis, seperti:

  • Terapi
  • Konseling
  • Kelompok dukungan

Memahami epilepsi dapat membantu mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan epilepsi. Dengan memahami epilepsi, kita dapat membantu orang dengan epilepsi menjalani hidup normal dan produktif.***

Editor: Yusuf Rafii


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah