Beda Penetapan NU dan Muhammadiyah, Berikut Perbedaan Metode Hisab dan Rukyat dalam Penentuan Awal Ramadhan

- 1 April 2022, 21:02 WIB
Beda Penetapan NU dan Muhammadiyah, Berikut Perbedaan Metode Hisab dan Rukyat dalam Penentuan Awal Ramadhan
Beda Penetapan NU dan Muhammadiyah, Berikut Perbedaan Metode Hisab dan Rukyat dalam Penentuan Awal Ramadhan /Darma Legi/Galamedia/

Berdasarkan metode dan kriteria yang digunakan oleh PP Muhammadiyah, tinggi bulan pada saat matahari terbenam berada pada posisi (f = -07o 48¢ LS dan l = 110o 21¢ BT) = +02o 18¢ 122, dimana sudah bisa dinyatakan hilal sudah wujud.

Baca Juga: Jadwal Puasa Nahdlatul Ulama NU dan Muhammadiyah Berbeda? Simak Live Hasil Sidang Isbat 1 Ramadhan 2022

Selain itu, berdasarkan pengamatan di seluruh wilayah Indonesia, nampak bahwa pada saat matahari terbenam bulan berada di atas ufuk.

Oleh sebab itu, Muhammadiyah menentapkan 1 Ramadhan 1443 H jatuh pada hari Sabtu, 2 April 2022.

Sementara Nahdlatul Ulama (NU) menggunakan metode dan kriteria yang berbeda, yaitu menggunakan tukyatul hilal, dimana menilai posisi hilal pada hari Jum’at, 1 April 2022 berada pada posisi sedikit di atas kriteria imkanur rukyah.

Imkanur rukyah sendiri adalah kondisi dimana kemungkinan hilal bisa terlihat.

Berdasarkan hasil pengamatan dengan metode dan kriteria yang digunakan, NU menetapkan awal bulan Ramadhan jatuh pada hari Minggu, 3 April 2022.

Lalu apa sebenarnya metode hisab dan rukyat yang digunakan oleh Muhammadiyah dan NU tersebut?

Metode hisab wujudul hilal adalah suatu metode yang dilakukan dengan menghitung posisi bulan secara astronomis.

Dalam metode ini, bulan Qomariyah baru dimulai apabila saat hari ke-29 berjalan, yaitu pada saat matahari terbenam memenuhi tiga syarat.

Halaman:

Editor: Yusuf Rafii

Sumber: Muhammadiyah.or.id PBNU ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x