BBM Naik, Pakar: Optimalisasi Bauran Energi Bisa Jadi Solusi Jangka Panjang

13 September 2022, 08:30 WIB
Ilustrasi BBM naik. /Pixabay/

PORTAL NGANJUK – Optimalisasi Bauran Energi Nasional bisa menjadi langkah untuk mengatasi gejolak ekonomi nasional menyusul naiknya harga BBM.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Tauhid Ahmad.

Ia mencontohkan pada Bahan Bakar Gas (BBG) yang bisa digunakan untuk menghasilkan listrik.

“Misalnya PLN, sumber energinya berubah tidak lagi menggunakan BBM maka harus menggunakan energi lain. Misalnya menggunakan dari gas bumi untuk menghasilkan listrik. Kemudian yang memungkinkan kendaraan umum,” kata Tauhid Ahmad, dikutip dari ANTARANEWS, Senin, 12 September 2022.

Baca Juga: Ternyata Putri Candrawathi Ikut Tembak Brigadir J, Benarkah? Simak Disini

Menurutnya BBG bisa digunakan untuk transportasi umum terlebih dahulu.

Meskipun tidak akan merata di awal penggunaannya, namun secara bertahap bisa diupayakan lebih merata.

“Kebijakannya harus benar-benar bisa diimplementasikan. Terutama dimulai dari kementerian dan Lembaga misalnya dari kendaraan dinas, bisa menggunakan gas. Supaya konversinya cepat dan benar-benar dilakukan,” tambahnya.

Sebelumnya, pemerintah telah menetapkan target Bauran Energi tahun 2025.

Baca Juga: Ngeri! Gegara Alat Kemah Hilang, Santri Dianiaya dan Berujung Tewas, Ini Hukuman Bagi Pelaku

EBT sebesar 25 persen, gas bumi 22 persen, minyak bumi sebesar 25 persen dan batubara sebesar 30 persen.

Sementara Komposisi target Bauran Energi Nasional pada tahun 2050 ditargetkan EBT mencapai 31 persen, gas bumi 24 persen, dan minyak bumi 20 persen.

Sampai tahun 2020, porsi EBT tercatat baru mencapai 11,20 persen, gas bumi 19,16 persen, minyak bumi sebesar 31,60 persen, dan batubara sebesar 38,04 persen.

Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto, mengatakan sampai saat ini penggunaan minyak bumi masih dominan sebagai sumber energi sekunder.

Menurutnya, hal ini kerap menjadi masalah utama ketika harga minyak dunia naik signifikan.

Baca Juga: Update Santri Gontor! Polri Telah Tetapkan 2 Orang Tersangka Panganiayaan Ponpes Gontor, Berikut Hukumannya

“Sebab kebutuhan rata-rata BBM kita per hari itu 1,4 juta barel sedangkan produksi minyak kita hanya sekitar 600-700 ribu barel per hari. Sehingga ketergantungan terhadap impor BBM semakin tinggi,” kata Sugeng.

“Pemanfaatan gas bumi, khususnya gas alam, harus didorong menjadi kebijakan utama dalam konteks energi. Di mana gas harus menjadi energi transisi untuk menuju optimalisasi EBT. Baik untuk kepentingan transportasi, industri, maupun rumah tangga,” lanjutnya.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa meskipun gas bumi tidak terbarukan, namun gas bumi merupakan energi bersih.

Di sisi lain, Indonesia memiliki produksi dan cadangan gas bumi yang besar melebihi minyak. ***

Editor: Christian Rangga Bagaskara

Tags

Terkini

Terpopuler