"Jawa bagian barat ada ibu kota, penduduk tinggi, daerah wisata. Tugas kita semua meningkatkan kesiapsiagaan kita meningkatkan adaptasi dengan fenomena alam," katanya, seperti dikutip dari Antara, Sabtu 22 Januari 2022.
Karakter gempa Banten yang terjadi pada 14 Januari 2022 itu terbilang merusak apabila dibandingkan dengan gempa di Malang dengan magnitudo 6,0.
Gempa yang dikabarkan terjadi selama lebih dari 12 detik itu menyebabkan lebih dari 3.000 rumah mengalami kerusakan.
Meski begitu gempa Banten tidak menghasilkan tsunami karena dinilai tidak cukup kuat untuk deformasi signifikan di permukaan bawah laut.
"Gempa selatan Banten, menurut BMKG, terjadi di zona subduksi masih kita diskusikan lagi di zona interplane atau transisi karena selain kedalamannya menengah, karakternya antara keduanya," ujarnya.
Menurut Ramadhan, fenomena alam seperti gempa, tsunami, dan erupsi di Selat Sunda, Banten bisa berpotensi menjadi bencana apabila masyarakat tidak mampu beradaptasi.
Dia menilai adaptasi menjadi penting karena kawasan Selat Sunda memiliki potensi gempa maksimal hingga magnitudo 8,7.
Gempa dengan kekuatan tersebut dinilai berpotensi menimbulkan tsunami yang tingginya bisa mencapai 20 meter.
Ramadhan mengatakan apabila fenomena alam itu terjadi, maka seluruh pihak harus siap dan memikirkan cara beradaptasinya.