“Setiap manusia melakukan perbuatan: ada yang menjual dirinya kemudian memerdekakannya atau membinasakannya.” (HR. Muslim).
Manusia, mereka sendirilah yang mengarahkan dan mengatur diri mereka -setelah Allah-.
Apabila mereka mengarahkan diri mereka kepada kabaikan, mensucikannya dengan ketaatan, dan berusaha untuk selalu bermanfaat, maka apa yang mereka lakukan adalah sebaik-baik amanah.
Namun, jika mereka tidak mampu mengarahkan diri mereka kepada kebaikan, tentu sulit diharapkan kalau mereka akan mampu mengarahkan orang lain.
Kalau mereka menelantarkan diri mereka sendiri, mereka pun tak akan mampu membina masyarakatnya atau orang lain.
Jika mereka membiarkan diri mereka melakukan apa yang mereka inginkan berupa kemaksiatan dan kemalasan, mereka inilah orang-orang yang menelantarkan dirinya.
Jika mereka menelantarkan dirinya, maka apalagi yang bisa ia jaga?
Allah Ta’ala berfirman,
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّىٰهَا * فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَىٰهَا *قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّىٰهَا
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu.” [Quran Asy-Syams: 7-9].