“Hal ini perlu disampaikan ke publik agar semua pihak bisa menilai sejauh mana, sekaligus membuka ruang diskusi,” kata Pratama.
Untuk dapat mengetahui perbincangan publik di media sosial atau platform internet lainnya, Pratama menyebutkan ada berbagai cara yang dapat dilakukan.
Pratama juga menanyakan terkait 110 juta warganet ini diambil dari platform apa dan bagaimana metodologinya.
Apabila data diambil dari media sosial Twitter maka diketahui pemakai aktif Twitter hanya berada pada angka 15 jutaan termasuk juga akun-akun anonim.
Lanjutnya, dari hasil riset CISSRec menggunakan Open Source Intelligence (OSINT) akun Twitter yang membicarakan soal perpanajngan jabatan dan tiga periode presiden Jokowi kisaran 117.746 yang terdiri dari tweet, reply dan retweet dan mencapai 11.868 pemberitaan melalui daring.
Baca Juga: Pemimpin Agung Iran Sebut Masa Depan Iran Tidak Boleh Dikaitkan dengan Nuklir Sebagai Kekuatan Dunia
Dari sumber dua data itu ditemukan sebanyak 83,60 persen kontra terhadap penundaan pemilu.
Sedangkan untuk pro penundaan pemilu sebanyak 16,40 persen.
Sedangkan untuk media daring kotra mencapai 76,90 persen dan pro 23,10 persen.
“Dari data ini sudah terlihat jelas lebih banyak yang menolak penundaan pemilu,” ujar Pratama.