Bauran Energi Jadi Solusi Kenaikan Harga BBM, Emang Bisa?  

- 13 September 2022, 08:15 WIB
Mengapa Sih BBM Mesti Disubsidi Di Balik Persoalan Klasik Setiap Kali Harga BBM Naik
Mengapa Sih BBM Mesti Disubsidi Di Balik Persoalan Klasik Setiap Kali Harga BBM Naik /skitterphoto/pexels.com

PORTAL NGANJUK – Menurut Tauhid Ahmad kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan momentum untuk mengoptimalkan Bauran Energi Nasional.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef) itu dalam hal ini menyebut PLN sebagai contoh.

Ia mengatakan bahwa gas bumi bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik.

“Misalnya PLN, sumber energinya berubah tidak lagi menggunakan BBM maka harus menggunakan energi lain. Misalnya menggunakan dari gas bumi untuk menghasilkan listrik. Kemudian yang memungkinkan kendaraan umum,” kata Tauhid Ahmad, dikutip dari ANTARANEWS, Senin, 12 September 2022.

Menurutnya Bahan Bakar Gas (BBG) bisa digunakan untuk transportasi umum terlebih dahulu.

Baca Juga: Ternyata Putri Candrawathi Ikut Tembak Brigadir J, Benarkah? Simak Disini

Meskipun tidak akan merata di awal penggunaannya, namun secara bertahap bisa diupayakan lebih merata.

“Kebijakannya harus benar-benar bisa diimplementasikan. Terutama dimulai dari kementerian dan Lembaga misalnya dari kendaraan dinas, bisa menggunakan gas. Supaya konversinya cepat dan benar-benar dilakukan,” tambahnya.

Sebelumnya, pemerintah telah menetapkan target Bauran Energi tahun 2025.

EBT sebesar 25 persen, gas bumi 22 persen, minyak bumi sebesar 25 persen dan batubara sebesar 30 persen.

Baca Juga: Ngeri! Gegara Alat Kemah Hilang, Santri Dianiaya dan Berujung Tewas, Ini Hukuman Bagi Pelaku

Sementara Komposisi target Bauran Energi Nasional pada tahun 2050 ditargetkan EBT mencapai 31 persen, gas bumi 24 persen, dan minyak bumi 20 persen.

Sampai tahun 2020, porsi EBT tercatat baru mencapai 11,20 persen, gas bumi 19,16 persen, minyak bumi sebesar 31,60 persen, dan batubara sebesar 38,04 persen.

Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto, mengatakan sampai saat ini penggunaan minyak bumi masih dominan sebagai sumber energi sekunder.

Menurutnya, hal ini kerap menjadi masalah utama ketika harga minyak dunia naik signifikan.

Baca Juga: Update Santri Gontor! Polri Telah Tetapkan 2 Orang Tersangka Panganiayaan Ponpes Gontor, Berikut Hukumannya

“Sebab kebutuhan rata-rata BBM kita per hari itu 1,4 juta barel sedangkan produksi minyak kita hanya sekitar 600-700 ribu barel per hari. Sehingga ketergantungan terhadap impor BBM semakin tinggi,” kata Sugeng.

“Pemanfaatan gas bumi, khususnya gas alam, harus didorong menjadi kebijakan utama dalam konteks energi. Di mana gas harus menjadi energi transisi untuk menuju optimalisasi EBT. Baik untuk kepentingan transportasi, industri, maupun rumah tangga,” lanjutnya.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa meskipun gas bumi tidak terbarukan, namun gas bumi merupakan energi bersih.

Di sisi lain, Indonesia memiliki produksi dan cadangan gas bumi yang besar melebihi minyak. ***

Editor: Christian Rangga Bagaskara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah