PORTAL NGANJUK - Telah terjadi kecelakan yang menyedihkan yaitu pesawat Sriwijaya Air dengan kode penerbangan SJ182, di Kepulauan Seribu.
Pesawat nahas tersebut berpenumpang 62 orang dari termasuk awaknya dengan rute Pontianak-Jakarta.
Diketahui pesawat itu berangkat dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta ke Bandar Udara Internasional Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat.
Ada sebanyak 50 penumpang dan 12 awak di dalamnya. Pesawat Sriwijaya Air SJ182 mengalami kecelakaan dan jatuh pada 9 Januari 2021, empat menit setelah lepas landas.
Dari berbagai sumber, pesawat yang dipakai dalam penerbangan ini adalah Boeing 737-500 yang telah berusia 26 tahun dengan kode registrasi PK-CLC (MSN 27323).
Pesawat itu dirancang pada tahun 1994 dan mulai dioperasikan Continental Airline pada tahun yang sama.
Baca Juga: Gaji dan Tunjangan Anggota Naik Rp26,4 Milyar, Wakil Ketua DPR DKI: Ekonomi Kita Kan Sudah Membaik
Lalu armada tersebut juga pernah digunakan oleh United Arlines pada 1 Oktober 2010 dengan kode perbangan N27610, sebelum pesawat tersebut digunakan oleh Sriwijaya Air pada tahun 2012.
Dari berbagai sumber diketahui pihak Sriwijaya Air menamainya pesawat itu dengan “Citra”.
Di antara penumpang yang tewas dalam kecelakaan tersebut yaitu Mulyadi P. Tamsir, mantan Ketum PB HMI dan politikus Partai Hanura.
Pesawat dipiloti oleh Kapten Afwan, mantan penerbang di TNI Angkatan Udara dengan Kopilot Diego Mamahit.
Menurut AirNav Radarbox, pesawat mengalami penurunan ketinggian yang cepat selama fase pendakian dari 10.900 kaki menjadi 7.650 kaki pada pukul 14.40 WIB (07.40 UTC).
Flightradar24 melaporkan bahwa empat menit setelah lepas landas, pesawat turun 10 ribu kaki dalam satu menit.
Kontak terakhirnya dengan pemandu lalu lintas udara adalah pada pukul 14.40 WIB. Pesawat dilaporkan menukik ke Laut Jawa.
Laporan pertama kecelakaan pesawat di Kepulauan Seribu dilaporkan pada pukul 14.30 WIB, ketika seorang nelayan melaporkan bahwa sebuah pesawat jatuh dan meledak di laut.
Bupati Kepulauan Seribu Junaedi menyebut pesawat jatuh di Pulau Laki.
Pihak Kementerian Perhubungan menyatakan pesawat sempat mengalami sebuah kondisi tidak normal selama penerbangan.
Pesawat tersebut meninggalkan Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta sesuai prosedur. Pesawat kemudian diizinkan untuk terbang pada ketinggian 29,000 ft.
Selama fase pendakian, jalur Penerbangan 182 melenceng menuju arah barat laut. Pemandu lalu lintas udara kemudian menanyakan kondisi tersebut kepada para awak, tetapi pesawat tersebut hilang dari pantauan radar beberapa detik kemudian.
Sedangkan Direktur utama Sriwijaya Air, Jefferson Irwin Jauwena menyatakan, pesawat yang terlibat berstatus laik terbang, meskipun usianya cukup tua.
Ia mengatakan penundaan jam terbang selama 30 menit itu guna mengiindari cuaca buruk, bukan masalah teknis.
Baca Juga: Indigo Ramal Pulau Jawa Akan Diterjang Tsunami Dalam Waktu Dekat: Ratu Pantai Selatan Murka
KNKT yang merilis hasil preliminary report pada 10 Februari 2021, dalam laporannya tenaga mesin throttle bagian kiri berkurang di saat pesawat berada di ketinggian 8150 kaki, sedangkan bagian kanan tidak ada kendala.
Pada pukul 14:39:47, di ketinggian 10,600 kaki, pengatur tenaga mesin throttle bagian kiri kembali mundur, sedangkan yang kanan masih tetap. Pesawat kemudian mulai berbelok kiri.
Pada pukul 14:40:05, di ketinggian 10,900 kaki, pesawat mulai turun, dan autopilot tidak aktif. Pesawat mulai pitch up dan miring ke kiri.
Pengatur tenaga mesin bagian kiri kembali berkurang sedangkan yang kanan tetap. Lima detik kemudian, FDR mencatat autothrottle tidak berfungsi dan pesawat menunduk 10° derajat kebawah. FDR berhenti merekam 20 detik kemudian.
Selain kecelakaan Sriwijaya Air SJ182, berikut peristiwa lain yang terjadi pada 9 Januari:
1900
Klub sepak bola SS Lazio didirikan di Roma, Italia
1916
Kerajaan Ottoman menang dalam Pertempuran Gallipoli
1951
Markas PBB dibuka secara resmi di New York City
1968
Pesawat Surveyor-7 AS mendarat di bulan, penyelidikan dengan pesawat tanpa awak
1988
Penyanyi Indonesia Gombloh meninggal di Surabaya
2005
Mahmud Abbas terpilih sebagai Presiden Palestina. Ia kemudian menandatangani kesepakatan damai dengan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon.***