Thread Cerita Horor Sewu Dino atau 1000 Hari oleh SimpleMan Lengkap, Baca Disini!

- 18 Mei 2022, 11:19 WIB
Thread Cerita Horor Sewu Dino atau 1000 Hari oleh SimpleMan Lengkap, Baca Disini!
Thread Cerita Horor Sewu Dino atau 1000 Hari oleh SimpleMan Lengkap, Baca Disini! /Simpleman

 "seperti baru kemarin rasanya, tapi sekarang, anak kecil ituterbaring sakit, melawan kodrat nyawanya, hanya karena santet dari manusia biadab!!"  wajah mbah Tamin menegang, kosakata kalimatnya seperti penuh amarah, membuat Sri dan yg lain begidik ngeri.

"anak kecil itu Dela, dia yg di kamar"

"SANTET?" ucap Sri dan yg lain bersamaan

wajah Sri dan yg lain semakin menegang

"iya, karena itu dia di smebunyikan disini, biar bisa bertahan, sampai ketemu cara memasang santetnya"

"di sembunyikan dari siapa mbah?"  tanya Sri, yg semakin tertarik, seakan semua yg ada disini membuatnya penasaran.

mbah Tamin menatap Sri, matanya seakan tidak nyaman dengan pertanyaan itu.

"banyak yg tidak kamu ketahui, lebih baik tidak tahu saja"

suasana menjadi hening sesaat, mbah Tamin mengambil sebuah kotak, mengambil sejumput daun kering dari dalam kotak itu, memelintirnya dengan kertas, sebelum menyesapnya kuat-kuat, asap mengepul dari mulutnya."sekarang waktunya saya memberitahu tugas kalian disini"

mbah Tamin berdiri, ia seakan memberi tanda agar Sri dan yg lain mengikutinya. ia berjalan disamping sisi rumah, banyak sekali potongan kayu yg di susun, memang, rumah ini terlihat mengerikan, dengan pencahayaan yg hanya dari lampu petromax, selain itu, kegelapan, ada dimana-manaia berhenti tepat di belakang rumah, ada sebuah pagar bambu, dimana, di dalamnya, ada sebuah sumur, disana, tempat untuk mandi, dan tempat untuk mengambil air untuk kebutuhan hidup selama tinggal disini, termasuk, untuk basuh sudo (tubuh mati) Dela yg terbaring tak bergerak.hanya Sri yg berinisiatif bertanya, terutama ketika soal memandikan itu, entah apa dan kenapa, Sri seakan tahu, cara memandikanya pasti tidak sama seperti cara memandikan orang biasa, hal itu, membuat mbah Tamin tersenyum, seakan mempersingkat penjelasan beliau tentang ini semua 

"iya, cara memandikanya, memang berbeda, ada tata caranya, salah satunya, bunga 7 rupa"

mbah Tamin menunjuk sebuah tempat khusus, dimana, ada bunga dengan rupa berbeda, di letakkan di atas tempehdengan cekatan, mbah Tamin mengisi baskom dengan air, mencampurinya dengan bebungaan itu, membawanya ke kamar tempat Dela tertidur

lalu, ia melihat Sri, memanggilnya, Dini dan Erna hanya mengamati saja

ia diminta mengikat tangan dan kaki Dela, Sri menuruti apa kata mbah Taminwalau sebenarnya ia bingung, kenapa Dela harus diikat, setelah Sri menyelesaikan tugasnya, mbah Tamin baru membuka keranda bambu kuning itu, ia mulai membasuh badan Dela, Sri ikut membantu, dan disana, Sri menemukan fakta mengejutkan lain

perut Dela, membesar seperti mengandungSri yg membasuhnya, menatap mbah Tamin dengan tatapan bingung dan kaget, namun mbah Tamin tampak mengerti apa yg ingin Sri tanyakan, setelah selesai dengan semua itu, Keranda kembali di tutup, dan kain yg mengikat Dela di lepas satu persatu.

mbah Tamin melangkah pergi. 

"mbah" kata Sri, mengejar mbah Tamin, di belakangnya ada Dini dan Erna yg tidak tahu apa yg baru Sri lihat

"nanti saya ceritakan kalau kamu sudah siap saja" kata mbah Tamin, "tugas kalian mengurus Dela" sudah 3 hari berlalu, Sri, Dini dan Erna, bergantian mengurus Dela, mulai memandikanya, memberinya minuman, gadis itu, lebih seperti gadis yg tengah koma di bandingkan gadis yg di santet entah oleh siapa dan bagaimana latar ceritanya, masih terlalu awam untuk tahu, pikir Srientah sudah keberapa kali, Sri mendengar Erna dan Dini berbicara tentang Dela, berbicara tentang bau busuk yg keluar dari tubuhnya, sampai kalimat tidak menyenangkan lainya saat mereka tinggal di tempat ini, dan betapa misteriusnya lelaki tua bernama Tamin itu, Sri memilih diamnamun, di luar semua itu, sebenarnya Sri sama seperti yg lain, aroma busuk itu, benar2 menganggunya, selain itu, hidup disini sangat berat, tidak ada orang lain, kiri kanan hanya pohon liar, seakan mereka tinggal di dunia yg berbeda

suatu sore, mbah Tamin pamit, ia akan pergiia berpesan kepada Sri dan yg lainya, untuk tetap menjalankan tugasnya, dan tidak melupakan pantangan yg sudah ia ucapkan, salah satunya, untuk tidak lupa mengikat Dela saat membuka keranda itu.

tidak lupa, mbah Tamin juga berpesan, untuk tidak membukakan pintu, pada malam ini.siapapun dan bagaimanapun, jangan membuka pintu, ucap mbah Tamin, sebelum ia pergi, melangkah menembus pepohonan hutan.

Sri yg mendengarnya, merasa merinding setiap ingat pesan orang tua itu.hari sudah gelap, Sri menutup pintu dan jendela, lalu pergi ke kamar, disana ia melihat Dini sudah tidur, di sampingnya Erna tengah meringis menahan sakit,

"kamu kenapa Er" tanya Sri,

"Sri, aku boleh minta tolong tidak"

"minta tolong apa?"

"malam ini giliranku memandikan Dela, bisa kamu gantikan, besok, ganti aku yg gantikan kamu"

awalnya, Sri keberatan, namun, melihat kondisi Erna, Sri setujusetelah menerima permintaan Erna, Sri bersiap mengambil air, ia lupa, bahwa air di gentong dapur sudah habis, terpaksa ia membuka pintu, bersiap untuk menimba air dari sumur.

meski awalnya ragu, Sri mematung di depan pintu, lalu, perlahan membukanya, lalu keluarentah perasaan tidak enak macam apa yg Sri rasakan, malam ini, lebih hening dari biasanya, tidak terdengar suara binatang malam, seakan membawa ketakutan Sri yg selama ini ia tahan menyeruak keluar

Sri melangkah keluar, ia cepat2 pergi ke sumur, menimbanya, lalu kembali, tapi..dari sudut mata Sri, jauh di salah satu pohon besar di samping pagar bambu kamar mandi, Sri melihat ada wajah yg mengamati, saat Sri menatapnya, wajah itu menghilang, Sri terdiam cukup lama, namun, ia tetap melanjutkan tujuanya.

ia harus cepat melakukan tugasnya,Sri segera menimba air dengan cepat, tidak lupa matanya awas menatap sekeliling, seakan ia sedang di kejar sesuatu, setelah semua selesai, Sri berlari dan mengunci pintu, perasaan lega langsung di rasakan oleh Sri. kini, ia melangkah menuju kamar Dela.Sri meletakkan airnya, taburan kembang sudah ia lakukan, kini, Sri membuka keranda Bambu kuning, mulai membasuh tubuh Erna dengan handuk kecil, ia masih tertuju pada perut besarnya, yg kata Erna, di hamili oleh mbah Tamin, namun, Sri tidak percaya, ia selalu menyangkal ucapan ituSri terus membasuhnya, hingga sampai ke tanganya yg penuh luka borok, disana, Sri terdiam, ia lupa, belum mengikat tangan dan kaki Erna, saat Sri baru menyadarinya, ia menatap Erna, membuka mata, tersenyum menyeringai, melotot menatap Sri.Dela*

kaget, Sri beringsut mundur, namun Dela mencekik leher Sri kuat-kuat, ia mengangah, menunjukkan gigi hitamnya yg membusuk.

terjadi pergulatan hebat antara Sri dan Dela, Sri hanya berusaha melepaskan cekikan Dela yg kuat sekali, membuatnya hampir meregang nyawa "siapa kamu nak?" tanya Dela, suaranya berat, nyaris menyerupai suara seorang wanita tua.

"dimana ini nak"

Sri masih mencoba melepaskan cengkraman kuat itu, namun Dela, terus menyeringai, air liurnya menetes, matanya putih, ia tersenyum "jawab kalau di tanya!!"

"siapa anda" tanya Sri terbata-bata, nafasnya mulai sesak,

Dela tertawa semakin keras, membuat Sri menangis ketakutan, sebelum, Erna masuk ke kamar karena keributan itu, ia bingung, melihat Dela terbangun "ada apa ini sri, kenapa Dela, kenapa Dela"

bingung, Dela menyeringai melihat Erna sebelum akhirnya melepaskan cekikan itu, ia melompat ke atas ranjang, merangkak kemudian seakan tertawa kegirangan, Dela berteriak, "ternyata anak kelahiran kliwon semua"

Dela masih tertawa, Sri beringsut mundur, sementara Erna masih bingung dan shock, melihat wajah Dela yg semengerikan itu,

Dela terus melihat Sri dan Erna bergantian. "percuma, seribu harinya--anak ini akan segera habis"

"kalian hanya jadi tumbal untuk anak ini" Dela tertawa terus menerus, sebelum Sri melompat dan mencengkram Dela, ia mengguyur Dela dengan air kembang itu, Dela berteriak kesakitan,"kamu ngapain!! ambilkan tali hitam itu" teriak Sri pada Erna, Erna yg sempat kebingungan, bergegas mengambil tali itu, Sri mengikatnya tepat di lehernya.

"ada apa ini Sri" Erna ikut menahan tubuh Dela yg merontasebelum akhirnya Dela menjadi tenang, dan ia kemudian tertidur kembali, Sri baru mengikat tali itu dengan benar, ia mengangkat Dela kembali ke ranjangnya, menutupnya dengan keranda bambu kuning.

wajah Erna dan Sri masih tidak percaya atas apa yg baru saja terjadi.Erna mulai menangis. "aku ingin pulang"

Sri tidak berkomentar, ia sadar, bahwa sekarang, ia juga ingin pulang, hanya saja bila bukan karena sudah terikat dan pasti ada resiko yg sudah menunggu bila mereka pulang, lantas, apa yg di sembunyikan oleh si mbahSri menceritakan semuanya kepada Erna, ia lalai dalam menjalankan tugasnya, karena panik, ia membasuh Dela tanpa mengikat tali di kaki dan tanganya terlebih dulu.

namun gara-gara itu, Sri menyadari, Santet macam apa, yg memasukkan iblis sekuat itu hanya untuk menghabisi nyawaSri jadi ingat cerita bapak, Santet bukan hal baru disini, namun, untuk melaksanakan santet di butuhkan kebencian yg melebihi akal, bila benar itu, kebencian macam apa yg bisa dan setega ini dilakukan oleh orang, hanya untuk mengambil nyawa dari anak yg tidak tahu apa-apa.namun di balik semua itu, santet ini adalah kali pertama Sri lihat, seperti ada teka-teki, seakan ada yg di tutupi, pasti ada jawabanya, pasti ada jalan keluarnya, namun apa, Sri tidak tahu apapun dari keluarga ini, dan kenapa anak ini sebegitu berharganya,

sampai, Sri teringat, "seribu harinya" kata Sri lirih, ia melirik menatap Erna,

"Er jangn bilang kamu lahir di hari jumat kliwon"

Erna yg mendengarnya, kaget "kamu juga"

Sri merasa ngeri, sekarang ia tahu sesuatu,namun, ada satu lagi yg harus ia cari kebenaranya, bila benar, pertanyaanya lengkap, begitupun jawabanya, tidak hanya Dela yg hidup di ujung maut, tapi, mereka bertiga semua, terjerat dalam satu garis weton yg sama.

sejahat itu keluarga ini, untuk harga nyawa mereka semualalu, terdengar suara orang mengetuk pintu.

Erna pun sama, ia langsung berdiri "Mbah tamin pulang Sri, ayo kita tanya orang tua anj*ng itu, dia harus menjelaskan semuanya, ada apa sama anak gila ini"

Erna pergi,Sri baru ingat pesan mbah Tamin, ia langsung bergegas bersiap menghentikan Erna, Sri lari mengejar Erna, untungnya, ia masih sempat mencengkram lengan Erna, mereka terdiam di depan pintu rumah.

suara ketukan itu, terdengar lagi, setiap ketukanya, terdiri dari 3 ketukan,semakin lama, ketukanya semakin cepat, semakin cepat, semakin cepat.

sampai, tidak ada ketukan lagi.

Erna dan Sri saling berpandangan, bingung, keheningan menenggelamkan mereka di dalam rumah itu, sebelum,

sesuatu, menggebrak pintu dengan keras, hingga membuat mereka tersentakmereka hanya diam, berusaha tidak bersuara, lalu, dari belakang, seseorang melangkah masuk.

Dini, melihat 2 temanya, terlihat kacau balau, ia bingung, kemudian berujar, "kalian gak denger mbah tamin manggil, buka pintunya"

"jangan ngawur kamu" celoteh Erna, namun Dini memaksa, bahkan Sri yg memegang tanganya, Dini pelototi, sampe akhirnya mereka mengalah,

Dini membuka pintu, disana, mbah Tamin berdiri, ia hanya diam, menatap mereka semua, sebelum melangkah masuk ke rumahanehnya. malam itu, wajah mbah Tamin tampak merah padam, ia tidak berbicara kepada mereka, tidak membahas kenapa pintunya tidak langsung di buka padahal ia sudah memanggil-manggil daritadi.

namun, Sri, merasa, mbah Tamin tahu, bahwa ia, baru saja lalai terhadap Dela, Sri dan yg lain. mengikuti mbah Tamin, beliu, masuk ke dalam kamar Dela, lalu perlahan, ia membuka keranda bambu kuning, ia membukanya, kali ini, tanpa mengikat Dela terlebih dahulu, seakan ingin mengulang kesalahan Sri.

hanya Sri dan Erna, yg memandang hal itu dengan ngeri.Sri mendekat perlahan, seakan ingin melihat lebih dekat apa yg orang tua itu lakukan, lalu, tiba-tiba, mata Dela terbuka, ia melihat mbah Tamin, menatapnya cukup lama, sebelum menangis meraung layaknya gadis kecil.

"sakit ki, sakit sekali"

Dela hanya menangis.mbah Tamin hanya bisa membelai rambut Dela, berusaha menenangkanya, pemandangan itu seperti melihat seorang ayah dan anak yg saling mengasihi, namun, Sri masih belum mengerti, kenapa, seakan Dela yang ini berbeda dengan Dela yg Sri dan Erna temui tadi.

apa yg terjadi sebenarnya? "sabar ya nak, sebentar lagi adalah puncak rasa sakitmu" ucap mbah Tamin, ia masih mengelus rambut Dela.

lalu, Dela melirik, Sri dan yg lain yg hanya diam mematung, tatapanya, seakan mengucapkan "terimakasih sudah mau merawat saya"mbah Tamin lalu mengikat tangan dan tali Dela, tergambar wajah sedih disana, ia masuk ke dapur, mengambil sebuah kain putih besar, saat mbah Tamin kembali ke kamar Dela, Dela menangis semakin keras, ia berulang kali mengatkan.

"jangan ki,--jangan kembalikan saya kesana"

namun, mbah Tamin tetap meletakkan kain putih itu, menutupi sekujur tubuh Dela yg meronta-ronta, terakhir, mbah Tamin membakar kemenyan, sebelum memegang, kepala Dela, dan terdengar, suara raungan yg mengguncangkan seisi rumah itu.Sri dan Erna sampai beringsut mundur, sosok didalam kain itu terus meraung layaknya iblis yg Sri saksikan tadi, kali ini, Dini tampak terguncang, bingung, ada apa sebenarnya disini.

terdengar suara marah dari dalam kain. ia adalah wujud tadi yg Sri saksikan, "manusia berengsek"

Halaman:

Editor: Yusuf Rafii


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x