Ancaman Cina Terhadap Taiwan Tidak Main-main, Sejumlah Pesawat Telah Dikirim Sebagai Bentuk Agresi Militer

2 November 2021, 16:30 WIB
Taiwan lakukan latihan pertahanan Tien Lung, China sebut kuno dan ketinggalan zaman / / CNA

PORTAL NGANJUK –  Cina memberangkatkan sekitar 150 pesawat ke Taiwan untuk upaya agresi militer minggu lalu.

Banyak berkembang spekulasi bahwa negara Tirai Bambu secepatnya kan melakukan invasi.

Dilihat dari data yang ada memang terlihat perubahan pada formasi Angkatan udara, dimana peralatan militer telah didominasi pesawat jet.

 Baca Juga: Menkes: Stok Vaksin yang Tersedia 47 Juta Dosis, Cukup Satu Bulan ke Depan

Senjata nuklir juga diperkirakan dapat diangkut oleh pesawat pengebom yang juga semakin meningkat.

Rentang waktunya diestimasikan berjarak sekitar beberapa tahun sampai beberapa dekade kemudian.

Pada hari Rabu, Menteri pertahanan Taiwan mengklaim Cina kini mampu melakukan itu.

 Baca Juga: BMKG Himbau Warga Jabodetabek Agar Waspadai Cuaca Ekstrem dan Hujan Lebat

Namun pada tahun 2025 jauh lebih mudah melakukan serangan dengan kekuatan penuh.

Beijing memang mengklaim Taiwan sebagai provinsi Cina sejak dari dulu.

Unifikasi atau penyatuan merupakan misi kunci dari pemimpin Cina, Xi Jinping, yang tidak dapat merenggut Taiwan dengan kekerasan.

 Baca Juga: Baik untuk Tulang, Lima Makanan Ini Memiliki Kandungan Kalsium Tinggi

Bejing menganggap proses demokrasi Taiwan sebagai gerakan separatis.

Tapi presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, berkata kalau Taiwan telah menjadi negara berdaulat yang tak butuh membuktikan independensinya terhadap Bejing.

Taiwan mempertahankan pemilihan demokratis, mengakui kebebasan pers, memiliki militer sendiri, dan mata uang sendiri.

 

Taiwan menikmati kemerdekaan secara de facto sejak akhir perang sipil pada 1949, ketika kehilangan faksi Kuomintang. Partai Komunis Cina tak pernah sanggup menguasai Taiwan.

Beberapa negara yang membangun hubungan formal dengan Beijing sejak tahun 1970-an dan seterusnya.

Prinsip “Cina Raya” atau “Kesatuan Cina” merupakan prinsip yang secara resmi mengklaim Taiwan sebagai bagian dari Cina, dilansir PORTAL NGANJUK dari Portal Sulut dalam artikel “Cina Meningkatkan Tekanan Militer Kepada Taiwan, Ada Apa?”.

 

Tapi negara seperti Amerika Serikat dan Australia misalnya, mengakui prinsip Cina Raya tapi tidak mengakui klaim Beijing atas Taiwan.

Setelah Amerika Serikat mengutuk serangan dari 38 pesawat terbang pada hari Jumat dan 39 pesawat hari Sabtu, Cina tetap mengirim 56 pesawat ke wilayah udara Taiwan pada hari Senin.

Bonnie Glaser selaku pengamat politik global, berkata kalau peningkatan pesawat untuk latihan militer tampak sebagai “signal kepada AS dan Taiwan untuk tidak melanggar garis merah”.

 

“Dan untuk mengusik angkatan udara Taiwan, memaksa mereka berebut, mengusik pesawat terbang, pilot, memaksa mereka memantau dan menguji respon sistem pertahanan udara Taiwan,” pungkas Bonnie Glaser.

Komunitas internasional ramai-ramai mulai mengutuk sikap permusuhan Cina kepada Taiwan.

Perubahan besar terjadi dalam hubungan Cina bersama Taiwan dan Cina di bawah kepmimpinan Donal Trump.

 

Minggu ini, Amerika Serikat menuduh Beijing atas “aktivitas militer yang provokatif” yang “yang mengganggu stabilitas, mengandung risiko kalkulasi, dan menekan perdamaian regional”.

Bulan lalu, Amerika, Inggirs, dan Australia mengumumkan kerja sama keamanan baru, Aukus, bertujuan melawan tindakan Cina di Indo-Pasifik.

Ini meningkatkan pertanyaan untuk perdana Menteri Inggirs untuk apa pun yang bisa diberikan negara itu kepada Taiwan.

 

Pada April kemarin, Uni Eropa sendiri mendeklarasikan tensi di Laut Cina Selatan yang mengancam stabilitas regional.

Itu terjadi ketika perahu perang Perancis berpartisipasi dalam latihan bersama Amerika dan Jepang, dan Jerman pun mengirim perahu perang mereka untuk pertama kalinya dalam dua dekade ini.

Pada hari Selasa, Presiden Tsai menulis kalau Taiwan tidak akan mengorbankan segalanya untuk melindungi diri.

 

Presiden Taiwan tersebut memberi peringatan kalau akan terjadi konsekuensi penuh malapetaka untuk wilayahnya bila itu terjadi. Ini dinilai sebagai peringatan untuk tindakan Cina.

“Dunia telah melihat Cina mengulangi kekerasan pada perdamaian di regional dan menekan Taiwan,” tuturnya.

Taiwan tentu saja tak berkutik di hadapan militer Cina. Karena itu Taiwan melobi dukungan intelektual dan logistik dari bangsa-bangsa lain.

 

Taiwan mempertahankan hubungan baik dengan pemerintah seperti Amerika, Uni Eropa, Australia, Jepang, dan India.

Pada hari Selasa, Taipei terhenyak dengan suara pesawat tempur melintasi kota itu.

Itu adalah angkatan udara Taiwan yang memperingati hari besar nasional.

 

Orang-orang bicara tentang ancaman Cina di sekolah, di makan malam keluarga, dan tempat nangkring.

Akun Twitter kementerian pertahanan Taiwan menjadi bagian dari berita terhangat sehari-hari.***(Triwardana Mokoagow/portalsulut.pikiran-rakyat.com)

Editor: Yusuf Rafii

Sumber: Portal Sulut

Tags

Terkini

Terpopuler