Awal mulanya kekerasan ini dimulai pada hari Sabtu (15/04/2023), pertama sejak faksi-faksi bersaing bergabung untuk menggulingkan Presiden Sudan Omar al-Bashir.
Karena pada tahun 2019 dipicu oleh ketidaksepakatan atas integrasi RSF ke dalam militer sebagai bagian dari transisi menuju pemerintahan sipil.
Reaksi Warga Sudan Terhadap Pertempuran Yang Masih Berlanjut
Ledakan tersebut terdengar jelas ditelinga warga ketakutan, kepanikan dan menguncang gedung-gedung yang ditempati di pinggiran utara dan selatan Khartoum.
“Kami takut, kami tidak tidur selama 24 jam karena kebisingan dan rumah yang berguncang. Kami khawatir kehabisan air dan makanan, serta obat untuk ayah saya yang menderita diabetes,” ucap Huda, seorang penduduk muda di Khartoum selatan kepada kantor berita Reuters (17/04/2023)
Baca Juga: Drama Perceraian Hiba Abouk Gugat Pesepakbola Achraf Hakimi, Karna Tak Dapat Harta Kekayaan
Hingga adanya jeda kemanusian, RSF mengkonfirmasi tindakan tersebut dan kedua belah pihak mempertahankan hak untuk menanggapi terjadi pelanggaran dari pihak lain.
Para pemimpin regional menyerukan tindakan tegas terhadap krisis di Sudan dan menyerukan penghentian segera permusuhan antara pihak-pihak yang bertikai.
Presiden Kenya dan Djibouti Dikirimkan Ke Khartoum Untuk Mendamaikan
Otoritas Pembangunan Antarpemerintah (IGAD) regional akan mengadakan pertemuan darurat mengenai situasi di Sudan dan mengatakan pihaknya mengirim Presiden Kenya, Sudan Selatan dan Djibouti ke Khartoum sesegera mungkin untuk mendamaikan kelompok-kelompok yang berkonflik.