Update Korban Gempa Cianjur: 151 hilang, 1.083 Luka-luka, 268 Meninggal Hingga Muncul Informasi Tak Terduga

- 22 November 2022, 17:54 WIB
Update Korban Gempa Cianjur: 151 hilang, 1.083 Luka-luka, 268 Meninggal Hingga Muncul Informasi Tak Terduga
Update Korban Gempa Cianjur: 151 hilang, 1.083 Luka-luka, 268 Meninggal Hingga Muncul Informasi Tak Terduga /Sumber Istimewa

PORTAL NGANJUK – Gempa Cianjur diketahui telah memakan banyak sekali korban jiwa, selain itu ribuan rumah juga hancur.

Kini korban jiwa akibat gempa magnitudo 5,6 di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, kembali mengalami penambahan.

Hal tersebut disampaikan oleh kepala BNPB, beberapa informasi mengejutkan terbaru akhirnya mulai diungkapkan ke publik.

Baca Juga: Brigadir J Disebut Suka Dugem dan Mudah Marah oleh Saksi, Yoshua Diduga Jadi Korban Kejahatan Seksual

Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto menuturkan bahwa sampai Selasa, 22 November 2022 pukul 17.00 WIB ini, tercatat sudah lebih dari 200 orang dinyatakan meninggal dunia.

"Informasi sementara, per hari ini, terkait dengan korban bencana alam di Kabupaten Cianjur ini," ucapnya dalam konferensi pers, Selasa, 22 November 2022 sore.

"Yang pertama, korban jiwa meninggal dunia, sekarang ada 268. Dari 268 itu, yang sudah teridentifikasi siapa-siapanya ini sebanyak 122 jenazah," katanya.

"Kemudian di samping tadi 268 dan yang sudah teridentifikasi, masih ada korban hilang dan ini masih dilakukan pencarian secara terus-menerus, sejumlah 151 orang," ujar Suharyanto menambahkan.

Sedangkan terkait kemungkinan ratusan orang hilang itu merupakan korban jiwa yang belum teridentifikasi, dia menuturkan hal itu bisa terjadi.

"Nah, apakah yang 151 ini nanti bagian dari yang belum teridentifikasi? Kami akan dalami lebih lanjut.

Bisa saja yang masih hilang pencarian itu sebagian ada dalam data 268 yang belum teridentifikasi, karena yang baru teridentifikasi tadi kan baru 122 jenazah," tutur Suharyanto.

Sementara itu, untuk korban yang mengalami luka-luka, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sudah menyentuh angka ribuan.

Baca Juga: DC Pinjol Makin Gencar Menagih Galbay ke Rumah Jelang Akhir Tahun

"Kemudian yang luka-luka, yang kami peroleh sampai sore ini sebanyak 1.083 orang," ujar Suharyanto.

"Kemudian untuk yang mengungsi ada sejumlah 58.362 orang," ucapnya menambahkan.

Sedangkan terkait kerugian materiil, BNPB mencatat ada sebanyak 22.198 bangunan yang mengalami kerusakan.

Dari total angka tersebut, sebanyak 6.570 unit rumah rusak berat, 2.071 rumah rusak sedang, dan 12.641 rumah rusak ringan.

Sampai saat ini, BNPB pun masih melakukan pendataan terkait jumlah kerusakan bangunan yang diakibatkan oleh gempa Cianjur.

Selain itu, Suharyanto menuturkan ada sebanyak 12 kecamatan di Kabupaten Cianjur yang terdampak gempa magnitudo 5,6 ini.

Kecamatan tersebut antara lain Cianjur, Karang Tengah, Warung Kondang, Cugenang, Cilaku, Cibeber, Sukaresmi, Bojongpicung, Cikalong Kulon, Sukaluyu, Pacet, dan Gekbrong.

"Dari 12 kecamatan ini, masing-imasing kecamatan sudah berdiri 4 tempat pengungsian, bahkan mungkin jumlahnya bertambah," kata Suharyanto.

BMKG Ungkap Gempa Di Cianjur Diprediksi akan Terulang Kembali

Bencana gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin 21 November 2022 berpotensi kembali terjadi di masa depan.

Prediksi tersebut terungkap berdasarkan analisis yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut gempa serupa dengan kategori merusak, berpotensi terulang setiap 20 tahun di Kabupaten Cianjur.

Baca Juga: Bikin Geram! Tindakan Tercela Pelajar Tendang Nenek di Jalan, Polres Tapanuli Selatan Berhasil Tangkap Pelaku

Menurut dia, Cianjur sebelumnya pernah diguncang gempa yang sama pada tahun 2000. Kemudian, jauh sebelum itu pada 1982 juga terjadi gempa serupa.

Belajar dari bencana-bencana sebelumnya, Dwikorita mendorong pemerintah yang akan merekonstruksi rumah warga yang rusak, nantinya harus tahan terhadap gempa.

"Jadi antara 18-22 tahun, rata-rata 20 tahun, sehingga kemudian apabila ada bangunan yang roboh di tempat zona merah,

Jadi perlu memetakan zona tidak aman," kata Dwikorita saat ditemui di Pendopo Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa.

Dia mendorong agar warga terdampak gempa perlu direkolakasi dari zona tidak aman untuk mengantisipasi potensi gempa besar yang terjadi setiap 20 tahun itu.

Lebih lanjut, Dwikorita juga meminta petugas kebencanaan untuk segera mengevakuasi permukiman rusak yang berada di lereng bukit atau bantaran sungai.

Pasalnya, kata dia, mengingat saat ini masih musim hujan, material rumah yang rusak itu berpotensi tersapu oleh aliran sungai.

"Kita khawatir bencana berikutnya banjir bandang, jadi biasanya setelah material itu kena gempa,

Teronggok pada aliran sungai, dan musim hujan puncaknya Desember," ujar Dwikorita, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara.

Baca Juga: RSHS Bandung Tangani 71 Korban Gempa Cianjur, Paling Banyak dari Kampung Garogol

Baca Juga: Terkuak! 7 Peluru Masuk Badan Brigadir J, Eks Kasat Reskrim Jaksel Bongkar Kondisi Mengenaskan Jenazah Yosua

Oleh karena itu, BMKG meminta agar pembangunan atau rekonstruksi rumah yang rusak harus tidak hanya mengatasi gempa,

Namun harus kuat menghadapi potensi bencana lain guna meminimalisasi jatuhnya korban.

"Jadi jangan hanya mengatasi gempa bumi, tapi rawan bencana lain, kami siap mendukung memberikan informasi zona aman," kata Dwikorita.

Gempa Dahsyat Di Cianjur Ternyata Menyimpan Sejarah Kelam

Menurut catatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sejarah menuliskan kawasan Cianjur – Sukabumi telah diguncang gempa kategori merusak sebanyak 14 kali sejak 1884.

"Untuk pertama kalinya, gempa Cianjur-Sukabumi tercatat pada tahun 1844.

Sebelum tahun 1844 pernah juga terjadi gempa, tapi tidak tercatat," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, gempa 5,6 magnitudo yang mengguncang kawasan Cianjur pada Senin 21 November merupakan salah satu gempa yang merusak.

Mengulik sejarah gempa di kawasan Cianjur – Sukabumi, Daryono menyebut sejak gempa pertama yang menyebabkan kerusakan tercatat di tahun 1884, fenomena tersebut kembali tercatat pada tahun 1879, 1900, 1910 dan 1912.

Setelah tertidur lama, 57 tahun kemudian gempa merusak terjadi di Cianjur-Sukabumi dengan kekuatan 5,4. Gempa pada 2 November 1969 itu menyebabkan rumah rusak.

Selanjutnya, empat tahun kemudian, tepatnya pada 26 November 1973, gempa Cianjur-Sukabumi juga menyebabkan banyak rumah rusak di Cibadak, Sukabumi.

Pada 10 Februari 1982, gempa berkekuatan 5,5 magnitudo mengguncang wilayah tersebut hingga menyebabkan banyak rumah rusak dan korban jiwa.

18 tahun kemudian, pada 12 Juli 2000, gempa kategori merusak kembali terjadi dengan kekuatan M5,4 dan M5,1.

Baca Juga: Diduga Menistakan Agama Soal Miras Minuman Rasulullah, Sule Terancam Dipidana, Hal Tak Terduga Terbongkar

Akibatnya, tercatat sebanyak 1.900 rumah rusak berat di sejumlah wilayah antara lain Cidahu, Cibadak, Parakansalak, Gegerbitung, Sukaraja, Cikembar, Kududampit, Cicurug, Nagrak, Parungkuda, Sukabumi, Cisaat, Warungkiara, Kalapanunggal, Nyalindung, Cikadang, dan Kabandungan.

Kemudian, gempa berkekuatan M4,9 pada 12 Juni 2011 di Cianjur-Sukabumi kembali terjadi dan mengakibatkan 136 rumah rusak di daerah Lebak dan Sukabumi.

Sejarah lainnya mencatat ada satu gempa dengan kekuatan terbesar terjadi Cianjur-Sukabumi, yakni pada 4 Juni 2012 berkekuatan magnitude 6,1.

"Gempa itu mengakibatkan 104 rumah rusak di Sukabumi," katanya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara.

Masih di tahun yang sama, gempa magnitude 5,1 menyebabkan 560 rumah rusak di Kabupaten Sukabumi pada 8 September 2012.

Terakhir, gempa yang menyebabkan kerusakan terjadi pada 11 Maret 2020 dengan kekuatan magnitude 5,1 yang merusak 760 rumah di Sukabumi.

Sebelum tragedi gempa 21 November, BMKG mencatat kawasan Cianjur-Sukabumi diguncang gempa beruntun pada 14 November 2022 dengan kekuatan M4,1, M3,3, dan M2,6.

Selain kawasan Cianjur dan Sukabumi, Daryono menyebut ada tiga wilayah lain kawasan seismik aktif dan kompleks,

Sehingga menjadikan kawasan itu masuk dalam daerah rawan gempa. Di antaranya Lembang, Purwakarta, dan Bandung.

Baca Juga: Terungkap! Bripka RR Terima Rp200 Juta Dari Rekening Brigadir J, Dipakai Bayar PLN dan Hal Mengejutkan

“Disebut seismic aktif, karena hasil monitor BMKG di daerah itu sering terjadi gempa dengan berbagai variasi dan kedalaman,” tuturnya.

Kawasan tersebut dikatakan Daryono merupakan jalur gempa aktif karena diapit oleh sesar atau patahan Cimandiri, Padalarang, Lembang, Cirata, dan sesar-sesar minor yang berada di wilayah tersebut.

“Sehingga kawasan tersebut menjadi kawasan gempa secara permanen,” kata Daryono.***

Editor: Muhafi Ali Fakhri


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x