Awas! Menjelang Lebaran 2023 Virus Marburg Kini Jadi Ancaman Baru di Indonesia, Kenali Resiko dan Penularannya

- 1 April 2023, 13:59 WIB
Waspada! Jelang Idul Fitri Virus Marburg Jadi Ancaman Baru di Tanah Air, Kenali Bahaya dan Gejalanya
Waspada! Jelang Idul Fitri Virus Marburg Jadi Ancaman Baru di Tanah Air, Kenali Bahaya dan Gejalanya /

PORTAL NGANJUK  Jelang Idul Fitri 2023 masyarakat harus tetap menjaga kewaspadaan atas laporan kasus Virus Marburg yang diterima Badan Kesehatan Dunia atau WHO yang kini menjadi ancaman baru.

Sebelumnya, laporan kasus Virus Marburg yang berasal dari Guinea Ekuatorial itu diterima WHO.

Pemerintah telah menghimbau masyarakat untuk mewaspadai virus yang cukup berbahaya dan memiliki tingkat kematian yang tinggi ini.

Kejadian berskala luar biasa terkait Virus Marburg di Guinea Ekuatorial itu diperkirakan sudah terjadi sejak awal Februari 2023 lalu dan ada beberapa laporan baru.

Baca Juga: 3 Tips Sehat, Tetap Olahraga Saat Ramadhan ala Dokter Furqon Satria Adi Pradana

WHO menerima laporan di provinsi Kie Ntem, Guinea telah ada sembilan penderita meninggal dan 16 kasus suspek.

Pemeriksaan yang dilakukan dari delapan sampel, terdapat satu sampel positif Virus Marburg.

Perlu diperhatikan gejala ketika terserang Virus Marburg diantaranya berupa demam, kelelahan, diare dan muntah disertai darah.

Pemerintah tetap meminta masyarakat agar berhati-hati dan selalu waspada terhadap virus dengan kasus dari Guinea Ekuatorial itu, simak bagaimana penularan dan resikonya.

Indonesia telah melakukan penilaian risiko cepat pada 20 Februari 2023 terhadap penyakit Virus Marburg dari Guinea.

Setelah proses penilaian itu, didapatkan hasil bahwa Indonesia tergolong rendah dalam kemungkinan terjadinya importasi suspek Virus Marburg.

Kementerian Kesehatan atau Kemkes melalui juru bicaranya, Mohammad Syahril mengingatkan semua pihak agar tetap menjaga kewaspadaan dan jangan lengah terhadap kasus Virus Marburg.

“Kita perlu tetap melakukan kewaspadaan dini dan antisipasi terhadap penyakit virus Marburg,” kata juru bicara Kemkes itu.

Sebagai bentuk kewaspadaan dini, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran nomor HK.02.02/C/853/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Penyakit Virus Marburg.

Surat itu dikeluarkan pada tanggal 28 Februari 2023. Dan ditandatangani oleh Maxi Rein Rondonuwu Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

Surat itu juga dapat diakses secara terbuka oleh masyarakat di situs Kemkes Sehat Negeriku.

Mengenal Tentang Virus Marburg

Definisi Virus Marburg secara umum sebagai golongan filovirus adalah virus yang paling mematikan dengan 80 persen tingkatan fatalitas.

Virus Marburg akan menyebabkan terjadinya penyakit demam berdarah langka.

Virus Marburg masih satu famili dengan virus yang berasal dari Kongo dan Sudan Selatan, Virus Ebola.

Baca Juga: Mengenal Autofagi dan Autolisis, Manfaat Ibadah Puasa dari Segi Ilmu Fisiologi dan Kedokteran

Cara penularan Virus Marburg dapat terjadi melalui kontak langsung dengan hewan terinfeksi atau manusia terinfeksi. Bisa juga melalui media yang telah terkontaminasi oleh Virus Marburg.

Virus Marburg ini ditemukan pada Kelelawar dengan nama latin Rousettus aegyptiacus.

Meski kelelawar ini bukan spesies asli Indonesia, namun Indonesia termasuk salah satu jalur mobilisasi dari kelelawar jenis ini.

Gejala yang ditimbulkan dari terserang Virus Marburg diantaranya berupa demam tinggi, nyeri otot, mual muntah, sakit kepala, diare dan pendarahan.

Gejala itu mirip dengan penyakit-penyakit lain yang ditemukan di Indonesia seperti malaria, tifus, dan demam berdarah.

Tingkat Kematian Virus Marburg Sangat Tinggi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan risiko kematian akibat virus Marburg yang sangat tinggi. Peringatan itu disampaikan, di tengah gelombang mematikan yang terjadi di Afrika.

Virus dengan tingkat kematian berkisar antara 25 hingga 90 persen itu telah menyebar dari distrik pedesaan di Guinea Khatulistiwa ke daerah yang lebih padat penduduknya dan pusat transportasi utama.

Hal itu meningkatkan risiko penularan lebih lanjut.

Setidaknya 4 kasus telah terdeteksi di ibu kota komersial negara, Bata yang merupakan kota pelabuhan kargo utama berpenduduk sekitar 200.000 orang, di mana penerbangan internasional ke negara-negara tetangga lepas landas dan tiba. Gabon dan Kamerun yang berdekatan dengan wilayah itu pun berada dalam siaga tinggi.

Wabah saat ini di Guinea Khatulistiwa diperkirakan menjadi yang terbesar keempat yang pernah tercatat. Tujuh orang telah meninggal dunia sejak pertengahan Februari 2023, dan para pejabat telah menghitung 29 kasus yang dikonfirmasi.

Kasus itu diprediksi akan naik, karena kenaikan angka kematian dari minggu lalu sebesar 16 orang. Sementara di Tanzania, ada delapan kasus pada 22 Maret 2023, 5 di antaranya dikonfirmasi meninggal.

Ini adalah kasus pertama yang dilihat kedua negara. WHO mengatakan, risiko nasional di Tanzania terkena virus Marburg 'sangat tinggi'. Sementara itu, risiko subregional 'tinggi', dan risiko regional 'sedang'.

Penularan Virus Marburg

Virus Marburg menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh orang, permukaan, dan bahan yang terinfeksi.

Meskipun tidak selalu fatal, ia membunuh korbannya antara seperempat dan hampir 90 persen dari waktu.

Para pejabat Kenya telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pengawasan dan meningkatkan infrastruktur pengujian di sepanjang perbatasan dengan Uganda dan Tanzania.

Baca Juga: 1 April Diperingati Hari Prank Sedunia, Bagaimana Asal Usulnya?

Uganda, tepat di utara Tanzania, telah memerintahkan penyaringan dan pengujian dilakukan di titik perbatasan Kasensero dan Mutukula.

Gejala akibat virus Marburg datang tiba-tiba, dimulai dengan demam, mual, dan tanda-tanda penyakit lain yang mencerminkan seperti terkena malaria, demam tifoid, atau demam berdarah.

Hal itu membuat penyakit ini sulit didiagnosis pada awalnya.

Pada tahap akhir penyakit, Marburg memicu pendarahan dari beberapa lubang, termasuk hidung, gusi, mata, dan vagina.

Virus ini memiliki inang alami pada jenis kelelawar buah tertentu, yang dapat menularkan penyakit ke manusia melalui kotorannya.

Faktanya, sebagian besar wabah MVD alami telah terhubung dengan masuknya manusia ke tambang dan gua yang dipenuhi kelelawar.

Virus ini berasal dari tahun 1967, ketika kasus bermunculan di tiga kota berbeda, yakni Beograd, Frankfurt, dan, diharapkan, Marburg.

Wabah serentak berakar pada penelitian ilmiah yang melibatkan monyet hijau yang diimpor dari Uganda ke laboratorium di Marburg.

Staf laboratorium terinfeksi melalui kontak dengan darah, jaringan, dan sel monyet pembawa. Dari 31 kasus yang terkait dengan infeksi yang didapat dari laboratorium ini, tujuh meninggal.***

Editor: Muhafi Ali Fakhri


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x